Berbeda Awal Ramadhan

0
49

𝕃𝕖𝕟𝕤𝕒 𝕁𝕦𝕣𝕟𝕒𝕝𝕚𝕤𝕥𝕚𝕜 𝕀𝕤𝕝𝕒𝕞𝕚

𝐀𝐖𝐀𝐋 𝐑𝐀𝐌𝐀𝐃𝐇𝐀𝐍 𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐁𝐄𝐑𝐁𝐄𝐃𝐀 𝐋𝐀𝐆𝐈

𝙎𝙪𝙛 𝙆𝙖𝙨𝙢𝙖𝙣

Siapa dulu dong penghuni negeriku.

Bukan bumiputra namanya kalau tidak doyan berbeda satu sama lain.

Sejak dulu, pemukim negeri-ku terkenal ‘𝚜𝚞𝚔𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗’, khususnya menjelang 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒂𝒏 setiap tahunnya.

Mereka jago berselisih paham,

Santer kontradiktif,

Lantang bertelingkah,

Divergen 𝘢𝘭𝘪𝘢𝘴 gemar berseberangan 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒂𝒏, khususnya yg tidak se-organisasi.

Yang tdk sealiran dan tidak se-dekorasi.

Itulah karakter 𝘱𝘶𝘢𝘬-puak bangsaku.

Dari Sabang (berkulit putih) hingga ujung Timur pulau Merauke (berkulit hitam), gemar beradu lidah alias bercakar-cakaran.

Suka berseteru perihal 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒂𝒏.

Coba Bayangkan!

𝑯𝒊𝒍𝒂𝒍𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂, 𝒌𝒐𝒌 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒆𝒅𝒂…!!!

Aku menduga ini selamanya pasti akan terjadi: 𝘔𝘢𝘯𝘯𝘦𝘯𝘯𝘶𝘯𝘨𝘦𝘯𝘨.

Boleh jadi besok kiamat dunia, se-bangsaku masih berbeda 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒂𝒏 seperti saat ini.

Berhubung perbedaan 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒂𝒏 ini sudah muncul sejak lama, sehingga tidak sedikit pribumi menganggap sesuatu yang lumrah dan wajar saja terjadi.

Idealnya, setiap masalah sensitif menyangkut kepentingan orang banyak, semestinya keputusan Penghulu Butala menjadi solusi untuk ditaati.

Apalagi jika hal tersebut berpeluang mengundang aneka permasalahan dan perselisihan di tengah masyarakat.

Dalam kaidah fiqhiyyah: 𝘏𝘶𝘬𝘮𝘶 𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘬𝘪𝘮 𝘪𝘭𝘻𝘢𝘮 𝘸𝘢 𝘺𝘢𝘳𝘧𝘢’𝘶 𝘢𝘭-𝘬𝘩𝘪𝘭𝘢𝘧 (Keputusan Penghulu Zamin itu mengikat (wajib dipatuhi) dan menghilangkan silang pendapat).

Hanya saja di negeriku banyak 𝘵𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘤𝘤𝘢 𝘴𝘢𝘭𝘢-sala (Bugis).

𝘔𝘢𝘵𝘵𝘢𝘭𝘢𝘱𝘱𝘦𝘳𝘦 𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘥𝘥𝘰/𝘬𝘢𝘥𝘥𝘰𝘳𝘰’ (Bugis/Makassar). Biar bukan otoritasnya, berfatwa pula.

Inilah 𝘯𝘢𝘵𝘪𝘫𝘢𝘩-nya perbedaan 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒂𝒏 semakin mencolok & mengaga, karena tidat mengembalikan ketetapannya kepada Penghulu Mayapada.

𝐏𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐚 𝐉𝐮𝐠𝐚 𝐒𝐢𝐡 𝐏𝐨𝐬𝐢𝐭𝐢𝐟𝐧𝐲𝐚

Ya, perbedaan itu diakui algoritmanya banyak juga hikmahnya.

Perbedaan terjelma agar sepayung Nusantara bisa saling menghargai.

Perbedaan terjadi supaya kita sama-sama menghormati, saling memahami bahkan saling melengkapi.

Memang, perbedaan tidak harus dipaksa sama. Perbedaan harusnya mencipta tenggang rasa.

Itulah perspektif mazhab positif.

Alasannya, asal muasal dari perbedaan, ‘saling mem-𝘣𝘢𝘤𝘬 𝘶𝘱 & merapatkan’, bukan baku memblokir & memunculkan perpecahan.

Lantas,

Apakah setiap menjelang awal puasa, 𝑯𝒊𝒍𝒂𝒍𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 harus disikapi 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒆𝒅𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒂𝒏 secara terus menerus …???

Ditunggu respon pembaca.

𝟏𝟎 𝐌𝐚𝐫𝐞𝐭 𝟐𝟎𝟐𝟒