56 Tahun IMDI Mengabdi, Berikut Rekam Jejak Sejarahnya

0
821

Hari ini, 10 Oktober 2025, genap sudah 56 tahun Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah wal Irsyad (IMDI) mengepakkan sayapnya di negeri ini. Dalam sejarah panjang perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia, IMDI tak henti-hentinya berada di garda terdepan dalam mengambil peran perubahan dan perbaikan umat di bangsa ini

IMDI merupakan organisasi kemahasiswaan yang menitikberatkan arah pengabdiannya untuk NKRI,melalui dua hal pokok. Yakni, pembangunan bangsa dan pengembangan agama. IMDI bukanlah organisasi yang egois dalam urusan keagamaan,lalu tidak memperhatikan kepentingan kebangsaan. Bukan pula yang menghabiskan waktu dalam urusan kebangsaan, lalu sama sekali tidak melirik soal keagamaan. Menyinergikan kepentingan agama dan bangsa adalah harga mati bagi organisasi yang lahir dari rahim Darud Da’wah wal Irsyad sekaliber IMDI.

Hingga usianya mencapai 56 Tahun, IMDI senantiasa konsisten pada jalur pengembangan agama dan bangsa, serta siap berada di garda terdepan dalam membendung segala gerakan yang berusaha menggoyahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

IMDI senantiasa menyadari bahwa untuk mengutuhkan NKRI, prinsip agama dan bangsa harus berjalan berdampingan dan tak terpisahkan. Tak ada cinta terhadap bangsa, tanpa kecintaan terhadap agama. Cinta terhadap agama pun akan nihil dan sirna jikalau tanpa dibarengi perwujudan kecintaan terhadap bangsa.

Sejak dilahirkan pada tanggal 10 Oktober 1969, perjalanan IMDI diisi oleh beberapa pimpinan yang telah memberikan sumbangsih positif dalam pengembangan organisasi.

————

Masa kepemimpinan M. Rahim Amin (1969 – 1980) dan Amin Harun (1981-1985)

IMDI didirikan pada tanggal 17 Rajab 1388 H bertepatan 10 oktober 1969 M dalam forum  Muktamar DDI ke 11 yang dilaksanakan di Watang Soppeng.

Pada mulanya, IMDI dilahirkan sebagai orgranisasi dalam tubuh DDI berfungsi sebagai badan khusus membidangi kemahasiswaan, yang dikoordinir langsung oleh PB DDI.

Jadi, tugasnya saat itu  terbatas pada apa yang telah ditentukan oleh PB DDI. Sederhananya, IMDI difungsikan sebagai pembantu organisasi DDI dalam bidang kemahasiswaan. Itulah sebabnya, struktur IMDI pada masa ini masih terbatas, hanya meliputi ketua dan sekretaris saja.

Kondisi ini berlaku pada masa kepemimpinan M. Rahim Amin dan Amin Harun dalam kurun tahun 1969 hingga 1985.

Masa Kepemimpinan Ali Sesady (1985-1989)

Saat Muktamar DDi ke 14 digelar, tepatnya di Pondok pesantren Manahilil Ulum DDI Kaballangang, Pinrang tahun 1985, Ali Sesady ditetapkan sebagai ketua umum terpilih menahkodai IMDI Masa Bakti 1985-1989.

Pada masa ini, IMDI mengalami peralihan kepengurusan yang sekaligus pembentukan beberapa anak-anak organisasi sebagai bahagian dari badan otonom DDI. IMDI yang dulunya berstatus sebagai badan khusus DDI membidangi urusan kemahasiswaan, beralih menjadi badan otonom yang secara struktur dan program kerja mulai dirapikam sebagimana mestinya, yang tidak terlalu bergantung lagi kepada pengurus PB DDI.

Masa Kepemimpinan Ibrahim Abu Bakar (1989-1993)

Pada Muktamar DDI di Makassar tahun 1993, ditetapkan bahwa nahkoda baru PP IMDI diisi oleh Ibrahim Abubakar. Pada masa ini Ibrahim Abu Bakar berusaha menunjukkan kreativitasnya dalam memassifkan kaderisasi, dengan memasifkan kembali kaderisasi di berbagai cabang. Khususnya yang ada di lingkup Sulawesi Selatan.

Masa Kepemimpinan Azhar Arsyad (1993-1998)

Selanjutnya, IMDI periode 1993-1998  dinakhodai Azhar Arsyad. Pada masa ini, gerakan organisasi IMDI semakin berkembang, ditandai dengan pindahnya sekretariat pucuk pimpinan dari Kotamadya Parepare ke Ujung Panjang bersamaan dengan pindahnya Sekretariat PB DDI. Azhar Arsyad menangkap peluang bahwa Makassar memiliki potensi untuk dijadikan sebagai sentrum gerakan pengabdian. Akhirnya, pada masa itu, berimbas pada terbetuknya pimpinan wilayah di beberapa daerah strategis seperti Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur. Pada masa ini juga IMDI aktif melakukan rihlah ilmiah lintas provinsi yang memiliki basis DDI. Di bawah komando Azhar Arsyad,  geliat diskusi mulai dilakukan di kampus-kampus hingga IMDI pun cukup banyak menelorkan kader-kader intelektual, baik itu dari tingkat dasar, menengah, hingga lanjutan.

Di akhir periode Azhar Arsyad, IMDI berhasil menggalang gerakan untuk melakukan kongres bersama badan otonom DDI (IMDI,IP DDI, dan Fatayat DDI) di Pondok Pesantren Kaballangan, Pinrang, tahun 1999. Saat itu terpilih Sudirman Hadysa sebagai ketua umum.

Masa Kepemimpinan Sudirman Hadysa (1999-2003)

Kejayaan IMDI di masa Azhar Arsyad disambut baik oleh Sudirman Hadysa dengan tetap memastikan iklim kaderisasi di akar rumput terus berjalan.

Pada akhir periode, Sudirman Hadysa menginisiasi pelaksanaan kongres bersama IMDI dan IP DDI di Sidrap yang saat itu dihadiri langsung oleh Menko Polhukam.

Masa Kepemimpinan Qasim Abu Bakar (2004-2008)

Kepengurusan baru IMDI hasil kongres VII di Sirap tersebut kemudian dinakhodai oleh Kasim Abubakar. Kepengurusan pada masa ini disemangati oleh cita-cita menata administrasi sebagai bagian dari hal urgen dalam pengembangan organisasi.

Masa Kepemimpinan Budiarti A Rahman (2009-2013)

Selanjutnya, Kongres VIII IMDI digelar di Asrama Haji Sudiang, tahun 2019, dengan nahkoda yang terpilih atas nama Budiarti A Rahman. Pada periode ini, dikenang sebagai masa pengembangan, karena keaktifan agenda kaderisasi terus digeliatkan, setelah sebelumnya berfokus pada pengembangan administrasi.

Pada periode ini, IMDI memulai kemandirian berkongres dengan tidak lagi mengikut pada muktamar DDI. Saat itu, digelar di UI DDI Kabupaten Pinrang. Hanya saja, terjadi dinamika organisasi hingga akhirnya IMDI menyelesaikan kongres di Kampus STIE Amkop Makassar dan menetapkan Anwar Saleng sebagai ketua tepilih.

Masa Kepemimpinan Anwar Saleng (2013-2017)

Di masa kepemimpinan Anwar Saleng, IMDI semakin rutin melakukan pengkaderan hingga terbentuk beberapa cabang di daerah. pada periode ini juga, PP IMDI menginisiasi peraturan bahwa setiap mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi naungan DDI, wajib mengikuti Diklat Kader Dasar IMDI.

Akhir kepemimpinan Anwar Saleng ditutup dalam Kongres X IMDI yang digelar di Pondok Pesantren Arrahman DDI Galla Raya, Mandalle, Pangkep, 2017. Hasil kongres mengamanatkan Nur Khaliq sebagai Ketua terpilih PP IMDI masa bakti 2017-2021.

Masa Kepemimpinan Nur Khaliq (2017-2021)

Di awal kepengurusan Nur Khaliq, IMDI terus aktif melakukan kaderisasi hingga mendirikan beberapa cabang di kabupaten. Bahkan di masa ini, IMDI aktif melakukan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan bertaraf nasional. Hanya saja, sempat terkendala dikarenakan terhalang oleh wabah virus covid-19 yang melanda dunia saat itu. Akibat wabah ini, pelaksanaan Kongres ke XI pun sempat tertunda. Hingga pada akhirnya bisa digelar pada pertengahan tahun 2022, bersamaan dengan Mukernas DDI di IAIN Parepare. danatoto

Masa Kepemimpinan Hery Syahrullah (2022-2025)

Kepemimpinan selanjutnya, diisi oleh Hery Syahrullah selaku Ketua Umum PP IMDI masa bakti 2022-2025.

Pada masa ini, PP IMDI merumuskan sebuah paradigma khusus dalam rangka memassifkan gerakan pengembangan potensi di tubuh kader-kader IMDI.

Paradigma itu kemudian diberi nama Praktis-Kolaboratif.

Praktis yang dimaksud di sini bukanlah memudahkan dan menggampangkan segala sesuatu. Namun, makna praktis yang dimaksud adalah berorientasi praktek dan pengamalan dalam menjalankan roda organisasi.

Sedapat mungkin, kader Ikatan Mahasiswa DDI meminimalisir bualan kosongnya, dan memaksimalkan kerja nyatanya. Dalam bahasa sederhananya, ketika terjadi kegelapan, maka kader IMDI akan lebih memilih untuk menyalakan lilin dibanding menghabiskan waktu untuk mengutuk dan mancibir kegelapan itu.

Tentu saja, hal itu tidak bisa jikalau dilakukan sendiri, maka mesti ditopang oleh semangat kolaborasi yang diejawantahkan dalam gerakan pengembangan dan pemberdayaan seluruh potensi kader yang ada.

Di era disprupsi saat ini, IMDI mesti mulai berfikir berbasis asset dan potensi, bukan malah sibuk meratapi problem tanpa solusi. Jika itu dilakukan, maka kolaborasi akan mudah untuk diwujudkan.

Dari manifestasi paradigma ini,  PP IMDI di bawah komando Hery Syahrullah memassifkan 3 item besar gerakan, yakni IMDI Membaca, IMDI Menulis, dan IMDI Mengabdi.

———–

Demikian rekam jejak singkat IMDI dari masa ke masa, semoga menjadi spirit untuk kita semua dalam mengembangkan organisasi ke depan.

Salam Pengabdian !

Dari Pengabdian untuk Indonesia Berkeadaban  !

ddi abrad 1