
DDI.OR.ID, NEWS – Anggota Lembaga Pendidikan Tinggi Pengurus Besar Darud Da’wah wal Irsyad (PB DDI), Dr. Mardia Said hadir membawakan sambutan dalam kegiatan Wisata Literasi Moderasi.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa DDI (PP IMDI) tersebut berlangsung di Bukit Sarong, Desa Basseang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Jumat-Minggu (2-4/5/2025).
Di awal sambutannya, Mardiah menjelaskan bahwa DDI memiliki kekhususan identitas tersendiri dalam memberikan kontribusi pengabdian kepada masyarakat. Salah satunya, dalam konteks sosial, DDI tidak mengenal istilah orang Islam dan orang kafir. Namun, yang ada adalah istilah ummatud dakwah dan ummatul ijabah.
Ummatud dakwah adalah orang yang belum menerima Islam, dan ummatul ijabah adalah orang yang telah menerima Islam.
“Jadi tidak ada pengklasifikasian Islam dan kafir dalam pemahaman DDI. Kita sama-sama menghormati dan menghargai,” paparnya.
Di lain sisi, lanjut Mardiah, DDI adalah darul ilmi dan darul ma’rifatin, di mana titik utama perjuangannya tidak terlalu sibuk mengurusi politik dan tidak menghabiskan energi membahas soal perdebatan.
Itulah sebabnya, DDI telah memberikan bentuk dan warna yang tegas bagi corak keberagamaan masyarakat di wilayah Nusantara, dengan mengedepankan konsep dan nilai wasatiyah addariyah dan ukhuwah addariyah.
Wasatiyah addariyah berbicara soal moderasi beragama, sedangkan ukhuwah addariyah berbicara soal persaudaraan keimanan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
“Alhamdulillah, nilai-nilai ini tertuang dalam kegiatan Wisata Literasi Moderasi yang diselenggarakan oleh adik-adik IMDI,” jelasnya.
Sampai di sini, Mardiyah lalu teringat salah satu ungkapan dakwah yang pernah diutarakan oleh Ketua Umum PB DDI, AG. Prof. Dr. H. Syamsul Bahri A. Galigo, Lc., M.A. berkaitan dengan wasatiyah.
Kata Gurutta, wasatiyyah addariyah adalah jalan tengah yang tidak sekadar menyeimbangkan antara teks dan konteks, tetapi menjadikan dakwah sebagai ruang dialog, bukan dominasi; ruang membimbing, bukan menghakimi; dan ruang merangkul, bukan memukul.
Atas dasar itu, wasatiyah bukanlah jalan kompromi terhadap nilai-nilai Islam, melainkan jalan dakwah yang mengakar pada hikmah, kasih sayang, dan keadilan. DDI menolak keras model dakwah yang keras, kaku, dan hanya menekankan pada sisi hukuman.
“Jalan tengah (moderasi) adalah kekuatan umat. Ekstrem kanan dan ekstrem kiri hanya akan melahirkan kegaduhan, bukan perubahan.” tegas Mardia mengutip ungkapan Gurutta Ketum PB DDI.
Ia berharap, nilai-nilai yang telah diajarkan oleh Gurutta senantiasa dipatrikan dalam hati sanubari dan digerakkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, kegiatan ini tidak hanya mencerdaskan pikiran, tetapi juga melembutkan hati, memperkuat tali ukhuwah, dan memupuk semangat persatuan di tengah keragaman umat.
“Akhir kata, atas nama PB DDI, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi. Semoga acara ini membawa berkah dan menjadi bagian dari langkah besar kita dalam melahirkan generasi pendakwah yang cerdas, seimbang, dan mengakar di tengah umat,” pungkas Mardiah.