Prof. Dr. H. Muh. Suaib Tahir, Lc. MA.
Kearifan Tuhan dalam Kearifan Lokal
Peran “khalifah” adalah mandatory dari Tuhan yang Maha Kuasa yang dilimpahkan kepada manusia sebagai penduduk di muka bumi.
Khalifah adalah seorang hamba Allah yang mendapatkan mandat sebagai pelaksana, pengatur, penentu kebijakan dan menetapkan hukum-hukum sesuai dengan kehendak Allah.
Kearifan lokal tidak hanya mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dengan alam, tetapi juga antara manusia dengan sesamanya, serta dengan Tuhan.
Konsep ini memperlihatkan bagaimana manusia dapat hidup selaras dengan tatanan kosmik yang lebih besar, yang dalam pandangan banyak budaya tradisional, diatur oleh Tuhan atau kekuatan Ilahi.
Pada tataran tertentu, kearifan lokal adalah manifestasi dari kearifan Tuhan melalui beberapa asumsi berikut:
Pertama, kearifan lokal sering kali berbasis pada pemahaman mendalam terhadap alam dan siklus kehidupan.
Pengetahuan ini bukan hanya hasil dari pengalaman empiris manusia, tetapi juga bisa dipahami sebagai hasil dari petunjuk Ilahi.
Dalam banyak kebudayaan, alam dianggap sebagai “kitab terbuka” yang di dalamnya Tuhan meletakkan petunjuk bagi manusia.
Dengan demikian, kemampuan suatu komunitas untuk hidup selaras dengan alam menunjukkan bagaimana mereka telah menangkap pesan-pesan Tuhan yang tersembunyi di balik fenomena alam itu.
Sebagai contoh, masyarakat adat di berbagai daerah memiliki praktik-praktik bertani yang memperhitungkan siklus musim, fase bulan, dan tanda-tanda alam lainnya.
Pengetahuan ini mereka yakini bukan sekadar hasil observasi biasa, melainkan sebuah petunjuk yang lebih tinggi dari Tuhan untuk menjaga keseimbangan alam.
Di Maluku, ada praktik tradisional bernama “Sasi”, sebuah aturan adat yang melarang pengambilan sumber daya alam seperti ikan atau hasil hutan pada waktu tertentu.
Dalam masyarakat adat Maluku, Sasi memiliki dimensi spiritual yang sangat kuat. Mereka percaya bahwa segala sumber daya yang ada di bumi ini adalah pemberian Tuhan yang harus dipelihara.
Pelanggaran terhadap aturan Sasi tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran terhadap adat, tetapi juga sebagai bentuk ketidaktaatan terhadap kehendak Tuhan.
Prinsip menjaga keseimbangan alam ini sangat berhubungan dengan ajaran agama-agama besar yang mengajarkan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi, yakni menjaga dan memelihara bumi dengan penuh tanggung jawab.
Kedua, kearifan lokal juga sering mengandung nilai-nilai moral yang tinggi.
Banyak tradisi lokal menekankan pentingnya kejujuran, tanggung jawab, menghargai sesama, dan keadilan.
Nilai-nilai ini sangat sesuai dengan ajaran moral agama yang memandang manusia harus berperilaku sesuai dengan kehendak Tuhan.
Misalnya, dalam banyak kebudayaan lokal, terdapat adat istiadat yang menegaskan pentingnya menjaga keharmonisan sosial dan menghormati satu sama lain.
Ajaran untuk tidak saling merugikan dan hidup dalam kedamaian ini bisa dilihat sebagai manifestasi dari perintah-perintah Tuhan yang menghendaki umat manusia untuk hidup dalam kebaikan dan cinta kasih.
Di Jawa, ada tradisi “Kombongan” yang melibatkan masyarakat berkumpul untuk berbagi hasil panen dalam semangat gotong royong.
Kombongan adalah salah satu bentuk kebersamaan sosial yang menekankan pentingnya kesejahteraan bersama di atas keuntungan individu.
Di dalam tradisi ini, terdapat nilai keagamaan yang kuat, di mana masyarakat percaya bahwa Tuhan memberkati mereka yang mau berbagi dengan sesama.
Kearifan lokal ini mengajarkan bahwa keberkahan dari Tuhan tidak hanya datang dari usaha pribadi, tetapi juga melalui hubungan sosial yang kuat dan gotong royong.
Dalam pandangan spiritual, berbagi dengan orang lain adalah salah satu cara untuk merayakan berkah Tuhan dan memastikan bahwa semua orang dalam komunitas dapat merasakan nikmat yang sama.
Ini mencerminkan prinsip ketuhanan bahwa segala rezeki yang diberikan oleh Tuhan harus digunakan untuk kebaikan bersama.
Di tengah globalisasi dan modernisasi, ada tantangan besar untuk tetap menjaga kearifan lokal.
Kearifan Tuhan yang terkandung dalam tradisi-tradisi lokal ini tidak hanya relevan bagi komunitas tertentu, tetapi juga bisa memberikan panduan hidup yang lebih luas bagi masyarakat modern yang sedang mencari jalan menuju kehidupan yang lebih bermakna dan harmonis.
Oleh karena itu, mengapresiasi dan menjaga kearifan lokal adalah salah satu cara kita menghargai dan memahami kearifan Tuhan.
Melalui pelestarian nilai-nilai tersebut, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memperdalam hubungan kita dengan Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya.