Prof. (Hc) Dr. H. Muh. Suaib Tahir, Lc. MA.
Kebijaksaan Dakwah ala Imam Hasan al-Bashri
Pada era Tabi’in, ulama-ulama besar banyak muncul di Bashrah atau sekarang bernama Irak. Salah satunya adalah Imam Hasan al-Bashri.
Ulama satu ini sudah tidak asing lagi di telinga kita, kata-kata mutiara dan nasihat-nasihatnya mampu menyentuh relung hati kaum Muslimin.
Hasan al-Bashri lahir pada tahun ke-21 H. Gelar al-Bashri adalah nama kota ia menetap, yakni Bashrah, Irak.
Ayahnya adalah seorang pembantu sahabat Rasulullah, yakni sebagai penulis Al-Qur’an, Yassar Maula Zaid bin Tsabit. Sedangkan ibunya menjadi pelayan salah satu dari istri Nabi Muhammad, Ummu Salamah.
Hasan al-Bashri memiliki kecerdasaan luar biasa. Tak heran jika para ulama sezamannya memuji akan kecerdasannya. Tidak hanya cerdas, Hasan al-Bashri juga dikenal sebagai orang yang zuhud.
Lisannya sangat fasih bertutur. Ceramahnya menyentuh para pendengarnya. Artikulasi bahasanya begitu apik, banyak orang yang berkunjung meminta nasihat.
Salah satunya adalah para budak yang minta kepada Hasan al-Bahsri untuk dibebaskan dari majikannya yang zalim.
Suatu waktu, datang sekelompok budak di kediaman sang imam. Sekelompok budak tersebut disambut dengan hangat oleh beliau.
Setelah duduk, mereka menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya.
“Majikan kami memperlakukan kami dengan buruk,” ujar salah satu di antara mereka.
“Kami mohon agar saat khutbah Jum’at besok mendorong orang-orang agar membebaskan budaknya, supaya kami tidak mengalami perlakukan yang tidak sewenang-wenang lagi,” budak yang lain bicara lebih jelas.
Imam Hasan al-Bashri mengiyakan permintaan para budak tadi.
Jumat demi Jumat berlalu, Imam Hasan al-Bashri tidak segera menyinggung pembebasan budak dalam khutbahnya.
Setelah beberapa minggu, akhirnya beliau baru menyampaikan keutamaan membebaskan budak dalam khutbahnya.
Isi khutbah beliau memiliki pengaruh yang luar biasa. Setiap orang yang memiliki budak tanpa fikir panjang segera membebaskan budaknya setelah sampai di rumahnya masing-masing.
Setelah beberapa hari kemudian, datang lagi para bekas budak yang pernah menyampaikan permohonan pada beliau.
Mereka kini menjadi manusia merdeka berkat khutbah Imam Hasan al-Bashri. Mereka berkata serta menyampaikan maksud kedatangannya.
“Kami ke sini tidak untuk mengucapkan terima kasih. Tapi, kami datang untuk menumpahkan kemarahan pada Anda,” ucap salah seorang sembari sedikit kesal.
“Mengapa kalian marah padaku?” tanya Hasan al-Bashri.
“Kami dulu mengharapkan Anda segera mungkin menyampaikan yang kami mohon kepada anda. Tapi, Anda justru menundanya hingga beberapa minggu”.
“Mengapa tidak langsung anda singgung di mimbar? Kami sudah tidak sabar waktu itu,” jelas salah satu dari mereka.
“Apakah kalian tahu, kenapa aku menunda menyampaikan permohonan yang kalian minta dalam khutbahku?” Hasan al-Bashri balik bertanya.
“Allah yang Maha tahu apa yang Anda maksud,” ujar mereka.
Kemudian Hasan al-Bashri menjelaskan.
“Saudaraku sekalian, yang aku dakwahkan itu adalah membebaskan budak. Padahal saat itu aku tidak memiliki budak”.
“Aku juga tidak mempunyai uang yang dapat aku gunakan untuk membelinya. Sampai beberapa minggu, baru Allah memberikan pertolongan kepadaku untuk membeli seorang budak, yang kemudian kubebaskan,”.
Semua terdiam sembari menyerap kata-kata Hasan al-Bashri.
“Pada saat aku sendiri sudah menjalankan, baru aku mengajak dan mendakwahkan hal itu kepada orang lain.
Akhirnya, orang-orang menjalankan apa yang aku dakwahkan,” pungkas Hasan al-Bashri.
Para bekas budak itu tertunduk malu, menyesali sikapnya yang gegabah dan terlalu cepat berprasangka buruk.
Wallahu’alam bish-showab.