TASAWUF RAMADAN (10)
PUASA TAHALLI (e)
Lillahi Ta’ala Membunuh Riya’
Oleh: Husain Alfulmasi
Frasa Lillahi Ta’ala amat sering dan masyhur diucapkan paling tidak mendengarnya.
Frasa Lillahi Ta’ala hampir sama dengan ikhlas yang oleh Ali bin Muhammad al-Jurjani dalam bukunya Al-Ta’rifatĀ (penjelasan berbagai definisi kata dan istilah), halaman 12 bahwa kita tidak menuntut satu pun untuk melihat amal kita kecuali Allah dan dipersembahkan karena Allah semata.
Perlu dicamkan penciptaan kita di atas muka bumi ini hanya untuk beribadah (mengabdi karena Allah) sehingga sedapat mungkin apapun kebaikan yang kita lakukan selalu diawali frasa Lillahi Ta’ala.
Bahkan tanpa disadari kita sudah mengikrarkan itu 5 kali dalam sehari untuk siap mengamalkannya. Bukankah dalam setiap doa iftitah awal salat kita ucapkan
Ų§Ł ŲµŁŲ§ŲŖŁ ŁŁŲ³ŁŁ ŁŁ ŲŁŲ§Ł ŁŁ Ł Ų§ŲŖŁ ŁŁŁ Ų±ŲØ Ų§ŁŲ¹Ų§ŁŁ ŁŁ
“Sesungguhnya salatku ini, pengabdianku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
Konsekuensi ikrar itu menegaskan salat kita karena Allah bukan karena malu tak salat atau karena ingin dipuji. Apapun pengabdian dan aktivitas kita di dalam dan di luar rumah juga diniatkan karena Allah.
Frasa Lillahi Ta’ala mempunyai dua unsur yaitu beramal dengan ikhlas dan amal itu harus sesuai dengan tuntunan Allah.
Quraish Shihab dalam bukunya Kosakata Keagamaan mencontohkan merokok. Ada orang yang ingin menghentikan kebiasaan merokok dengan alasan mereka dianjurkan agar menghentikan kebiasaan itu (karena dinilai sejumlah pihak buruk), bukan sekadar atas dorongan menjaga kesehatan, tetapi meninggalkannya demi karena Allah yang melarang melakukan sesuatu yang bisa merusak diri.
Dan hebatnya, bila ditanyakan kepada kita bagaimana cara menghalau riya’ (ingin dipuji) dalam beramal, jawabnya cukup sertakan frasa Lillahi Ta’ala dalam mengawali niat. Setiap kali riya’ mengintai kita, tebas ia dengan frasa Lillahi Ta’ala!
Polewali, 10 Maret 2025.