TIPS K.H. HASAN ABDULLAH SAHAL
“Lebih baik engkau menangis karena ditinggal anak menuntut ilmu di pondok untuk saat ini, daripada engkau menangis di masa tua saat anak tidak mempunyai bekal agama yang cukup.”
K.H. Hasan Abdullah Sahal
Setiap orang tua pasti punya cita-cita memiliki anak yang saleh, sukses dunia akhirat. Tentunya untuk mencapai tujuan itu perlu proses yang tidak pendek melalui jalur pendidikan. Salah satunya adalah pondok pesantren.
Sayangnya, tidak semua niat orang tua dibarengi dengan kesiapan mental yang kuat. Rasa sayang kepada anak terkadang lebih berat sehingga menjadi penghambat orang tua untuk melepas sang buah hati menuntut ilmu di tempat yang jauh dari matanya.
Atau juga rasa khawatir yang berlebihan, sehingga terlalu sering mengunjungi anaknya di pondok. Akan tetapi bukan rindunya yang terobati, malah rasa ibanya yang semakin menjadi.
Iba melihat puteranya mengerjakan segala kebutuhannya sendiri, iba dengan kondisi putranya yang semakin hitam kulitnya dikarenakan kegiatan pondok.
Pernah mengalami hal seperti itu saat memasukkan anak di pondok pesantren?
Jika benar begitu, Anda termasuk orang tua yang perlu membaca tips berikut Ini.
Tips ini berasal dari K.H. Hasan Abdullah Sahal.
Bahwa setiap calon wali santri hendaknya tega, ikhlas, tawakal, ikhtiar, percaya atau biasa disingkat dengan istilah TITIP
Tega
Kunci pertama Anda sebagai orang tua adalah harus benar-benar tega meskipun putra Anda merengek ingin pulang.
Tidak hanya tega kepada buah hati, Anda juga harus tega dengan perasaan Anda sendiri.
Tega melihat putranya bersusah payah mengurus kebutuhan pribadinya, terlebih untuk para ibu yang nggak tegaan.
Yakinkan diri Anda bahwa di pesantren anak Anda akan dididik menjadi pribadi mandiri, tahan banting di segala medan.
Ikhlas
Kunci kedua, kudu ikhlas.
Sebagaimana Anda sadar bahwa anak Anda dididik dan diajar, Anda juga harus ikhlas putra-putri Anda menjalani proses pendidikan Itu: dilatih, ditempa, diurus, ditugaskan, disuruh hafalan, dibatasi waktu tidurnya, hidup berdisiplin dan sebagainya.
Almarhum K.H. Imam Badri, salah satu pimpinan Gontor pernah berkata saat acara Khutbatul Arsy bahwa pada zaman dahulu orang tua menyerahkan putranya kepada kiai, diserahkan beserta kain kafan. Maknanya orang tua menitipkan dengan penuh ikhlas seutuhnya kepada sang kiai.
Tawakkal
Setelah menetapkan hati untuk tega dan ikhlas, serahkan semua pada Allah. Berdoalah! Semoga putra Anda diberi kemudahan dalam menuntut ilmu, kenyamanan dan ketenteraman di tempat perantauan.
Pondok pesantren bukan tukang sulap yang mengubah begitu saja santri-santrinya, Kita berusaha dan berdoa, Allah azza wa jala menentukan dan mengabulkan.
Ikhtiar
Ikhtiar yang dimaksud adalah usaha dalam dana.
Pendidikan anak bagaimanapun membutuhkan biaya. Buang jauh jauh anggapan bahwa dengan masuk pesantran biaya sekolah bisa dinomorsekiankan,
Tidak semua pondok pesantren merupakan lembaga amal, Banyak pondok pesantren yang menggaji para asatidznya sebatas kesejahteraan saja.
Dengan demikian apakah layak jika Anda sebagai Orang tua malah menjadi beban dengan menomor sekiankan masalah dana.
Di Pondok Gontor, kesejahteraan guru tidak diambil dari bulanan santri. SPP yang dibayarkan santri seutuhnya kembali kepada kebutuhan didik santri
Percaya
Yang terakhir, percaya.
Percayalah bahwa anak Anda dibina, betul-betul dibina. Semua yang mereka dapatkan di pondok adalah bentuk pembinaan, kalau Anda melihat putra Anda diperlakukan seperti apa pun, percayalah itu adalah bentuk pembinaan.
Jangan salah paham, salah sikap, salah persepsi.
Jangan sampai ketika Anda berkunjung menjenguk anak Anda dan kebetulan melihat anak Anda sedang mengangkut sampah, kemudian Anda mengatakan “Enggak bener nih pondok, anak saya ke sini untuk belajar, bukan jadi tukang sampah,”
Ketahuilah bapak-ibu… Anak Anda pergi ke pesantren untuk kembali sebagai anak berbakti.
Jangan beratkan langkah mereka dengan kesedihanmu. Ikhlaskan, semoga Allah merahmati jalan mereka.
Dikutip oleh Dr. Salahuddin Sopu.