AG. Prof. Dr. H. A. Syamsul Bahri AG., Lc. MA.
Setiap datangnya bulan Rabi’ul Awwal, umat Islam menyambut dan memperingatinya sebagai Hari Maulud Nabi, hari kelahiran Rasulullah, hari kedatangan nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dimuka bumi ini.
Berbagai acara pun digelar, menjelang dan sesudah hari itu. Yang paling lazim adalah dengan bacaan maulud Barazanji, Syaraf alanam, al Diba’i dan Simtu Durar di rumah atau balai ibadah dan mesjid, dan juga perarakan salawat, tabligh akbar yang menampilkan sejumlah penceramah, dai, ulama, dan ustadz.
Berbagai sisi kehidupan Rasullullah dikupas. Dari sejak lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga wafatnya.
Intinya, mengemukakan keteladanan Rasulullah yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat Islam semasa itu.
Diharapkan, supaya umat Islam dapat menikmati keteladanan Rasulullah dan mendapatkan keberkahan melalui bacaan maulud dan salawat yang sudah sangat sebati dengan umat Islam dewasa ini terutama yang berpaham Ahli Sunnah Waljama’ah.
Permasalahannya, seberapa jauh sambutan yang diselenggarakan setiap tahun itu memberi pengaruh positif pada perilaku, akhlak dan muamalah masyarakat muslim???.
Faktanya, permasalahan social semakin banyak terjadi, kejahatan dan tindak kriminal terutama di kalangan muda mudi juga sangat terasa, dan kemaksiatan juga semakin merajalela dan terang-terangan.
Umat Islam selayaknya gembira ketika sampai pada bulan Rabi’ul Awwal, karena pada bulan inilah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam lahir ke dunia menjadi utusan Allâh yang terakhir. Tidak ada lagi Nabi setelahnya.
Dan mengajarkan dunia bagaimana umat manusia dapat hidup sejahtera dan menikmati sunnatullah dalam kehidupan di dunia yang fana ini.
Karena itu, bulan Rabi’ul Awwal merupakan momentum umat Islam untuk mempelajari dan menggali kemudian menghidupkan sunnah-sunnah nabawiyyah dalam berbagai amalan kehidupan sehari-hari.
Tentu yang paling penting bagi umat Islam pada momentum maulud (kelahiran) Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam ini, berupaya untuk semakin mengenal dan meneladani Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Makna memperingati Maulud Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bukan sekedar seremonial keagamaan semata, namun hendaklah ditujukan ke arah muhasabah total diri sendiri, guna meningkatkan kualitas hidup beragama, beribadah, dan bermuamalah dalam bermasyarakat dan bernegara.