Hawa Nafsu

0
43

Lensa Jurnalistik Islami

Suf Kasman

Ketahuilah, yang paling besar di dunia ini bukan gunung dan pulau, melainkan hawa nafsu.

Hawa nafsu bila gagal dikendalikan bisa menjadi bumerang.

Harakah hawa nafsu memiliki dorongan torpedo super kuat, sebuah keinginan untuk memenuhi predisposisi kesenangan visibel.

Wujudnya bagaikan 2 mata bayonet, hawa nafsu bisa menjadi yang baik, tetapi bisa juga menjadi sesuatu yang buruk, tergantung siapa pengemudi evokasi hawa nafsu itu.

Semua manusia difill up & didandani hawa nafsu (nafsu syahwat).

Untuk apa hawa nafsu itu?

Sebagai bekal untuk menjalani roda kehidupannya.

Hawa nafsu sendiri sebagai dasar penggerak dari segala aktivitas kehidupan umat manusia.

Hawa nafsu mulanya netral, tergantung manusia merealisasikannya. Mau diarahkan untuk tikung kanan (kebaikan) atau tikung kiri (keburukan). Manusia memiliki otoritas:

Putarlah ke kiri, ke kiri …

Atau

Putarlah ke kanan, ke kanan …, bagai lagu senam Maumere.

Namun, se-netral-netralnya hawa nafsu, selalu condong kepada sesuatu yang amat disenangi, baik bersikap positif maupun negatif, baik bersifat jasmani maupun rohani. Sebab, krida baik dan buruk selalu dipiloti nafsu itu sendiri.

Aku menolak istilah ‘Cinta Pada Pandangan Pertama’.

Yang ada ‘Nafsu Pada Pandangan Pertama’, lalu dipersepsikan sebagai cinta suci.

Cintanya subur berepisode bagai pelajaran kimia, bukan cuma teori tapi disusul praktik.

Inilah jenis manusia pemburu nafsu.

Tak mampu mengontrol tingkah laku.

Bujuk rayu hawa nafsu membuatnya kaku.

Hati nurani sudah jelas membisu. Banyak terjadi di kutub Utara dan kutub Selatan.

Teori Naluri mengklaim bahwa kaum pria selalu mengangankan-angankan ‘berahi asyik masyuk’.

Vibrasi dan goyangan syahwatnya genting dari dalam ingin melibas target.

Fragmen berikutnya berusaha memenuhi gairah cita rasa.

Di sini perlunya pandai-pandai mengontrol hawa nafsu ke jalan yang benar.

Bukan Putarlah ke kiri, ke kiri …, di tempat bermain bola sodok, lalu sodok-sodok mi.

Menuruti hawa nafsu memang memberikan kepuasan, namun hanya sesaat.

Tapi cinta yang tulus akan memberikan kebahagiaan selamanya.

Hawa nafsu bisa diibaratkan nyala api, maka jangan biarkan sampai berkobar bunga apinya, karena akan melalap semua bangunan moralitas & etiket.

Rasulullah ﷺ mengingatkan:

“Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah hawa nafsu (syahwat) yang menyesatkan pada perut dan kemaluan serta hawa nafsu yang menyimpangkan dari jalan yang lurus.” (HR. Ahmad).

𝟏𝟎 𝐑𝐚𝐦𝐚𝐝𝐡𝐚𝐧 𝟏𝟒𝟒𝟓 𝐇