Rahmat al-Amin Addariy
Keteladanan adalah pendidikan paling sunyi, tetapi paling kuat membentuk jiwa.
Anak tidak tumbuh dari nasihat yang panjang, melainkan dari perilaku orang tuanya sehari-hari.
الطِّفْلُ إِذَا رَأَى وَالِدَهُ يَقْرَأُ، قَرَأَ…
وَإِذَا رَآهُ يَتَوَضَّأُ قَبْلَ النَّوْمِ، تَوَضَّأَ…
وَإِذَا سَمِعَهُ يَعْتَذِرُ، تَعَلَّمَ الِاعْتِذَارَ…
وَإِذَا رَآهُ يُصَلِّي، صَلَّى…
فِي كُلِّ مَرَّةٍ تَفْعَلُ فِيهَا شَيْئًا جَيِّدًا أَمَامَهُ
أَنْتَ تَزْرَعُ إِنْسَانًا مُحْتَرَمًا دُونَ أَنْ تَدْرِي.
> Jika seorang anak melihat ayahnya membaca, ia pun akan membaca.
> Jika ia melihat ayahnya berwudhu sebelum tidur, ia akan berwudhu.
> Jika ia mendengar ayahnya meminta maaf, ia belajar meminta maaf.
> Jika ia melihat ayahnya shalat, ia pun shalat.
> Setiap kali seseorang berbuat baik di depan anak, ia sedang menumbuhkan pribadi yang terhormat tanpa ia sadari.
Hikmah dan Elaborasi
Anak adalah cermin.
Ia tidak meniru apa yang kita katakan — ia meniru apa yang kita lakukan.
Ketika orang tua membaca, anak belajar mencintai ilmu.
Ketika orang tua berwudhu sebelum tidur, anak belajar menjaga kesucian.
Ketika orang tua meminta maaf, anak belajar rendah hati.
Ketika orang tua shalat, anak belajar mengenal Tuhannya.
Inilah pendidikan paling murni:
mendidik tanpa kata, mengajari tanpa suara, membentuk tanpa paksaan.
Apa pun kebaikan yang orang tua lakukan hari ini,
akan tumbuh menjadi akhlak dan karakter anak esok hari.
Dan ia tumbuh menjadi manusia terhormat — bahkan sebelum kita menyadarinya.
Rahmat Al Amin Addary
Cakke, Enrekang — Pondok Pesantren DDI Mangkoso Kampus IV.













