Menyelami Ucapan Ali Bin Abi Thalib

0
212

Perkataan Ali bin Abu Thalib, ‘ilmu lebih baik dari harta”,bisa dilihat dari beberapa sisi pandang, dengan penjabaran yang lebih luas lagi:

Memang tidak dipungkiri, bahwa di antara keempat khulafa Rasyidin, Alilah yang paling intelek.

Pantas saja, ada riwayat “Ana madinatul-‘ilmi, wa ‘Aliyyun babuha” (Saya kotanya ilmu, dan ‘Ali adalah pintunya).

Juga sangat terkenal ucapan dari Umar, bahwa tanpa si pria botak ini, Umar telah binasa.

Karya-karya darinya juga mencerminkan itu, misalnya saja, Nahj al-Balaghah (Puncak Kefasihan), Doa Kumael, dan banyak lagi riwayat-riwayat lainnya.

Berikut ini adalah ucapan para ulama yang dikutip dari kitab Miftahu Daris-Sa’adah wa Mansyuru Walayat al-Ilmi karya Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah yang mensyarah ucapan beliau di atas.

1. Ilmu merupakan warisan para nabi, sedangkan harta merupakan warisan para raja dan orang-orang yang kaya.

2. Ilmu menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta menjaga hartanya.

3. Harta bisa habis karena dibelanjakan, sedangkan ilmu bisa bertambah karena diberikan.

4. Jika pemilik harta meninggal, maka dia meninggalkan hartanya, sedangkan ilmu menyertai pemiliknya dan ikut masuk ke dalam kuburnya.

5. Semua bisa menjadi hakim bagi harta, sedangkan harta tidak bisa menjadi hakim bagi ilmu.

6. Harta bisa diperoleh orang mukmin, orang kafir, orang baik maupun orang jahat. Sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya diperoleh orang mukmin.

7. Orang yang berilmu dibutuhkan para raja dan siapa pun, sedangkan orang yang memiliki harta hanya dibutuhkan orang-orang miskin.

8. Menjadi mulia dan bersih karena menyimpannya dan cara mendapatkannya.

Ini merupakan kesempurnaan dan kenyamanan jiwa.

Sedangkan harta tidak mampu menenangkan jiwa dan tidak menambah sifat kesempurnaannya.

Baik jiwa bisa berkurang, menjadi kikir dan bakhil saat menumpuk harta serta rakus kepada harta.

Kerakusan jiwa terhadap ilmu justra menyempurnakannya, sedangkan kerakusan jiwa terhadap harta menguranginya.

9. Harta memperbudak orang yang mencintainya dan pemiliknya, sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW.:

“Kesengsaraan bagi hamba dinar dan dirham sedangkan ilmu menjadikan pemiliknya sebagai hamba Allah.”

10. Elemen harta termasuk jenis elemen badan, sedangkan elemen ilmu termasuk jenis elemen ruh, sebagaimana yang dikatakan Yunus bin Habib:

“Ilmumu termasuk ruhmu, dan hartamu termasuk badanmu. Perbedaan di antara keduanya seperti perbedaan antara badan dan ruh”.

11. Sekiranya dunia dan seisinya ditawarkan kepada orang yang berilmu sebagai ganti dari ilmunya, maka dia tidak akan menerimanya.

Jika orang kaya yang berilmu melihat kemuliaan ilmu dan kelebihannya serta kesempurnaannya, maka dia ingin sekiranya dia memiliki ilmu sebanyak harta yang dimilikinya.

12. Seseorang sama sekali tidak bisa taat kepada Allah kecuali dengan ilmu.

Sedangkan orang yang durhaka kepada Allah secara umum menjadi durhaka karena hartanya.

13. Orang yang berilmu mengajak manusia kepada Allah dengan ilmu dan keadaannya.

Sedangkan orang yang menumpuk harta mengajak mereka kepada dunia dengan keadaan dan hartanya.

14. Bobot orang yang berilmu terletak pada ilmunya.

Orang kaya ditopang oleh hartanya, tapi jika harta itu lenyap, maka lenyap pula bobot dirinya dan dia menjadi orang yang sama sekali tidak beharga.

Sedangkan bobot orang yang berilmu tidak pernah sirna, bahkan terus bertambah dengan tambahan ilmunya.

ddi abrad 1