Sisi Manusiawi Rasulullah Saw

0
233

Dr. Salahuddin Sopu

“Tenangkan dirimu, saya bukanlah seperti raja. Saya adalah putra dari seorang perempuan Quraisy yang juga memakan Qadid.”

Kereen.. itu kalimat yang terngiang di telingaku saat bicara tentang sisi ini.

Kalimat itu keluar dari salah seorang peneliti, yang sangat tahu tentang sejarah Nabi Muhammad dan para sahabatnya dalam salah satu webinar Caknurian.

Apa yang dimaksud dengan sisi kemanusian?

Kenapa kita membahasnya?

Secara sederhana bisa dijelaskan sebagai berikut.

Pengamat sejarah dan kehidupan Rasulullah akan menemukan bahwa sejarah beliau adalah sejarah manusia biasa.

Beliau adalah manusia, baik darah dan dagingnya: perasaan dan emosinya, bentuk dan kehidupannya.

Tetapi, personal beliau melebihi seluruh manusia.

Takwa, akhlak, kebijaksanaan dan pengalaman, agama dan ibadah beliau mengungguli manusia pada umumnya.

Tepat apa yang dilantunkan penyair, bahwa:

Muhammad itu manusia tapi tidak seperti manusia biasa

Beliau adalah yakut sedang manusia umumnya seperti batu

Begitu juga dengan lantunan penyair yang memuji beliau ini:

Puncak pengetahuan atasnya adalah bahwa beliau manusia.

Dan sungguh, dia lebih baik dari seluruh makhluk Allah.

Sebab itulah, beliau tidak lepas dari kemanusiannya.

Namun demikian beliau diliputi pertolongan Allah, dinaungi kasih-Nya: dijaga dengan perlindungan ilahiyah, dan dibekali adab rabbaniyah.

Kami menemukan fakta semua itu di tengah kehidupan beliau, di antara lembaran sejarah dan sebagainya.

Bahkan kami dapati dalam rekaman panjang peristiwa tertentu yang terurai dan bersambung cahaya yang menggulung, curahan ketulusan hati, kucuran rahmat dan pancaran anugerah beliau.

Berapa kali Rasulullah mengalami peristiwa yang penuh curahan dan limpahan rahmat hingga beliau menangis dan mengundang tangisan orang sekitarnya?

Betapa sering Nabi SAW menghadapi pengaduan perkara, lalu beliau menetapkan keputusan hukum berdasarkan neraca keadilan?

Berapa kali beliau terjun dalam situasi yang membutuhkan kejantanan dan tanggung jawab, dan beliau tidak menodainya dengan egoisme dan sifat lemah kemanusiaan.

Sungguh, pada diri Rasulullah dan risalahnya secara sama terdapat suri teladan dalam segala hal: dalam kebrilianan intelegensianya, kemuliaan budi pekertinya, ketajaman analisanya, aturannya yang bijaksana, politiknya yang menawan, kebijakannya yang tegas, kerendahan hatinya yang luar biasa, tabiatnya yang kuat, kewaspadaannya yang sempurna, dan keakuratan pertimbangannya pada setiap kondisi dan situasi.

“Alangkah padat dan sempurnanya firman Allah Yang Maha Tahu dalam kitab-Nya yang mulia perihal Nabi-Nya yang agung:

“Allah labih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan.”

(QS. Al-An’am: 124).

Benar! Pengetahuan Allah meliputi seluruh jiwa manusia.

Dia mengetahui tingkah pola, derajat, kemampuan, dan watak setiap individu.

Allah tahu Muhammad adalah manusia tersuci jiwanya, terbening akhlaknya, tertinggi derajatnya, terluas kemampuannya dan teradil sifatnya.

Karena itu, Allah merekrut dan menyeleksi, memprioritaskan dan memilih beliau sebagai pemangku, risalah agama paripurna, syari’at pelindung dan tanggung jawab yang mencakup seluruh manusia, umat, syari’at dan agama hingga akhir masa.

Semua itu adalah fakta yang tidak dibantah oleh orang yang telah mencapai derajat ma’rifat dan akan diakui oleh setiap pembaca, nanti.

ddi abrad 1