1. Tulisan Arab:
ثَلاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَمُلَ:
١. إِذَا غَضِبَ لَمْ يُخْرِجْهُ غَضَبُهُ مِنَ الْحَقِّ،
٢. وَإِذَا رَضِيَ لَمْ يُدْخِلْهُ رِضَاهُ فِي الْبَاطِلِ،
٣. وَإِذَا قَدَرَ عَفَا وَكَفَا.
2. Terjemahan:
Tiga sifat yang jika ada pada seseorang, maka sempurnalah ia:
Ketika marah, amarahnya tidak membuatnya keluar dari kebenaran.
Ketika senang, kesenangannya tidak membuatnya masuk ke dalam kebatilan.
Ketika mampu membalas, ia memilih memaafkan dan menahan diri.
Transliterasi:
Thalāthun man kunna fīhi kamula:
Idzā ghaḍiba lam yukhrijhu ghaḍabuhu min al-ḥaqq.
Wa idzā raḍiya lam yudkhilhu riḍāhu fī al-bāṭil.
Wa idzā qadara ‘afā wa kafā.
3. Sumber:
Sayyidina ‘Umar bin al-Khaṭṭāb, Khalifah kedua dalam Khulafaur Rasyidin, terkenal karena keadilan dan kebijaksanaannya.
4. Elaborasi oleh Rahmat Al Amin addary
Kesempurnaan manusia tidak terletak pada fisik, jabatan, atau pujian, tetapi pada kemampuannya mengendalikan emosi dan nafsunya.
* Di saat marah, tetap jujur. Di saat senang, tetap adil. Di saat berkuasa, tetap memaafkan.
* Dunia hari ini butuh lebih banyak orang seperti ini yang menjadikan kebenaran sebagai standar, bukan perasaan pribadi.
* Mari bercermin pada teladan Umar bin Khattab: berani tegas, tetapi juga lembut saat diperlukan.
> “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
> (HR. Ahmad)
DDI Cakke, Enrekang 2025
Khasanah mulia abadi