Banyak orang percaya bahwa kecerdasan pria dan wanita dipengaruhi oleh berbagai macam hal. Namun, apakah jenis kelamin termasuk salah satunya? Setiap orang pasti menginginkan diri mereka tumbuh cerdas sehingga bisa menjadi orang sukses di masa depan.
Banyak orang yang mengatakan bahwa jenis kelamin turut berpengaruh pada kecerdasan. Tak sedikit pula yang mengatakan anak perempuan lebih pintar dari pada anak laki-laki dan banyak yang berpendapat sebaliknya.
Kemampuan pria dan wanita sering kali menjadi sebuah perbandingan dalam keseharian kita, di mana sebagian orang menganggap pria lebih hebat dari seorang wanita.
Padahal, pada kenyataan sesungguhnya, kemampuan setiap manusia itu sama tanpa harus melihat dari segi gender. Setiap manusia memiliki potensi yang sama untuk berkembang, baik di dalam diri maupun dengan lingkungan mereka.
Anggapan masyarakat memang sangat penting dalam mempengaruhi citra diri intelektual masyarakat lain, sekaligus akan memprediksi prestasi akademiknya di kemudian hari. Selain itu, perbedaan dalam self-esteem (menghargai diri) juga masih menjadi faktor penting dalam menilai kecerdasan seseorang. Sebab, orang dengan self-esteem yang lebih tinggi cenderung melihat semua aspek kehidupan mereka (termasuk kemampuan intelektual) secara lebih positif.
Para peneliti meminta beberapa orang memperkirakan IQ mereka setelah menjelaskan bagaimana kecerdasan itu dinilai. Hasilnya, rata-rata peserta mendapatkan 100 poin, dengan 2/3 (66%) partisipan meraih skor 85 hingga 115 poin, untuk memberi mereka acuan dalam membuat perkiraan. Para peneliti juga memberi tahu peserta bahwa mereka akan menyelesaikan tes IQ setelah memperkirakan IQ mereka sendiri.
Beberapa penelitian membuktikan tidak ada perbedaan signifikan dalam hal kecerdasan antara pria dan wanita. Namun, keduanya mengalami perbedaan dalam perkembangan otak dan kompetensi lain. Begitu yang diutarakan oleh Dokter Spesialis Anak, dr. Dian Sulistya Ekaputri, Sp.A.
Menurutnya, Hippocampus, tempat memori dan bahasa berasal, berkembang lebih cepat dan lebih besar pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. Anak perempuan juga memiliki lebih banyak korteks serebral yang berfungsi dalam fungsi verbal. Ini berdampak pada kosakata, keterampilan membaca, dan menulis.
Dari pejelasan di atas menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan seperti apa yang ditafsirkan sebagian orang tentang wanita lebih pintar dari pada pria atau sebaliknya. Namun kenyataan yang terjadi di masyarakat kita memberlakukan pandangan yang sangat tidak manusiawi yang membandingan pria dan wanita seolah jauh berbeda, padahal di era sekarang kemampuan pria dan wanita itu setara.
Statement yang muncul persoalan gender juga terlihat pada pemerintahan misalnya, kita ambil conton jatah kursi DPR, di sini kita bisa mengambil contoh melihat-lihat perbandingan yang sangat jauh antara peluang pria dan wanita untuk menduduki jabatan di Parlemen.
Kebijakan afirmasi (affirmative action) untuk perempuan di bidang politik dikukuhkan dalam perubahan UUD 1945 dengan melalui UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD. Di sini, partai politik berkewajiban memperhatikan keterwakilan perempuan 30 persen dalam mengajukan calon anggota DPR, DPD, dan DPRD. Dalam UU No. 12 Tahun 2003 pasal 65 ayat (1) menyatakan bahwa : “Setiap Partai Politik peserta pemilu dapat mengajukan calon setiap Daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 persen”.
Penetapan afirmasi seperti yang dijelaskan di atas itu sangat tidak adil, karena peluang pria dan wanita itu harus sama, yang pada dasarnya memiliki kemampuan sama. Jadi, kesempatan yang ada juga harusnya sama.
Kemampuan pria dan wanita pada dasarnya sama. Baik dari segi intelektual maupun psikologinya. Anak terlahir dengan fitrah yang telah ia bawa sejak dalam kandungan namun karena adanya statement masyarakat tentang kemapuan pria dan wanita itu berbeda, sehingga melahirkan kurangnya self-esteem (menghargai diri) pada kaum wanita dan justru memberikan confidence (kepercayaan tinggi) untuk kaum pria. Banyak yang beranggapan bahwa pria lebih pintar dari pada wanita, dan tak sedikit pula pria menanggap dirinya lebih pintar dan superior dibandingkan wanita. Mengapa ini bisa terjadi? Apakah perbedaan-perbedaan pandangan ini akan terus berlanjut? Pada akhirnya, semua kembali kepada pilihan dan pandangan kita.
_________
Oleh
Astrini, S.Pd.
Kader IMDI Cabang PINRANG