Ketegasan Umar bin Khattab tergambar jelas dalam kisah berikut .
Ketika Umar bin Khattab diminta oleh beberapa sahabat untuk segera menentukan siapa gerangan Khalifah sepeninggalnya, ia pun kemudian menanggapi bahwa seandainya Abu Ubaidah atau Salim Maula Abi Hudzaifah masih hidup maka salah satunya yang akan direkomendasikan.
Tapi sayang seribu sayang, kedua sahabat tersebut lebih dahulu kembali menghadap kepada Rabnya. Kemudian seorang sahabat bertanya kepadanya, “bagaimana kalau Abdullah bin Umar yang menggantikanmu wahai Amirul Mukminin?”
Jawaban yang tidak pernah diduga oleh siapa pun, Umar bin Khattab dengan tegas mengatakan: “Demi Allah, aku tidak menginginkan Allah bila Abdullah yang menjadi khalifah, celakalah kamu!
Bagaimana aku mengangkat seorang lelaki sebagai khalifah yang tidak mampu menceraikan istrinya. Apa yang telah aku nikmati, tidak akan aku ubah untuk siapa pun dari keluarga besarku.
Baca Juga: Perang Tapi Manusiawi
Jika itu baik, maka kami telah mendapatkannya, dan jika itu buruk, maka telah dijauhkan dari kami. Cukuplah bagi keluarga Umar, satu orang saja di antara mereka yang dimintai pertanggungjawabannya dan ditanya tentang urusan umat Muhammad.
Sungguh, aku telah melelahkan diriku dan mengharamkan diriku dari keluargaku”. Dengan tegas dan lantang, Umar bin Khattab menolak jika anak kandungnya sendiri yang diminta menjadi khalifah sepeninggalnya.
Baca Juga: Pelatihan Mumtaz di Abrad
Walau ada pendapat yang mengatakan bahwa Umar menolak pencalonan Abdullah karena belum cukup layak dan tidak bisa menyelesaikan masalah pribadinya sendiri, dan hal itu sangat rasional memang.
Tapi yang menarik adalah bahwa Umar kemudian mengungkapkan kerelaannya untuk memikul tanggung jawab sebagai pemimpin dan menyatakan bahwa ia akan selalu berusaha memilih orang yang terbaik untuk menggantikannya.
Umar bin Khattab menunjukkan sikap kepemimpinan yang sangat mulia. Umar sangat hati-hati dalam memilih pemimpin berikutnya dan hanya ingin yang terbaik bagi umat Islam.
Sungguh sikap yang sangat tegas dan patut dicontoh oleh para pemimpin dan pembesar saat ini. Contohlah ketegasan Umar!
Oleh Lukman Arake
*Guru Besar Ilmu Fikih Siyasah IAIN Bone