Korban Retorika Senior (KRS)

0
237

Saat ini, momentum masuknya mahasiswa baru (MABA) masih hangat-hangatnya. Brosur ajakan bergabung organisasi pun berhamburan di mana-mana, dengan muatan kalimat yang berbeda-beda. “Mari berproses bersama kami!”, “Bergabunglah ke jalan yang benar!”, “Berorganisasi itu asyik”. Demikianlah contoh  bunyi  kalimat-kalimat itu terpampang di dinding-dinding kampus. Tak hanya melalui brosur, ajakan bergabung organisasi sering kali juga dilakukan melalui sosialisasi, dengan melibatkan senior yang memiliki modal kemampuan retorika mumpuni.

Sampai di sini, saya tiba-tiba teringat dengan istilah KRS.

Umumnya, mahasiswa yang aktif mengikuti organisasi tentu tidak asing lagi dengan istilah ini. KRS yang merupakan kependekan dari Kartu Rencana Studi, diplesetkan menjadi Korban Retorika Senior. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi senior yang kerap kali berhasil membuat mahasiswa bergabung dengan organisasi dengan kemampuan retorikanya. 

Hanya saja, banyaknya warna dan bendera di seputaran kampus, kadang membuat mahasiswa bingung sendiri, apakah harus memilih salah satunya atau mengabaikan semuanya?

Di tengah kondisi seperti ini, selektif dalam memilih organisasi adalah hal terpenting untuk dilakukan, jangan sekadar bergabung hanya karena iming-iming retorika yang entah tujuannya untuk apa. 

Akan tetapi, secara umum, terlepas bendera dan warnanya apa, organisasi cenderung menyuguhkan beragam manfaat yang menguntungkan. Mulai dari menambah pengetahuan, memperluas jaringan, hingga memperkaya pengalaman.

Selain itu, melalui organisasi, pendapat-pendapat kita bisa dituangkan untuk didiskusikan, belajar mencapai sebuah kesepakatan, memenej permasalahan, hingga diajarkan bagaimana menyodorkan solusi penyelesaian. Kita juga bisa belajar menjadi seorang pemimpin dan terpimpin. Dari sini, keterbatasan kemampuan kita bisa diatasi dari banyaknya khazanah pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing individu dalam sebuah organisasi. Tujuannya, tentu untuk saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.

Lalu, hal yang paling menarik dari organisasi adalah kita bisa menguji diri kita saat mendapatkan kekuasaan. Artinya apa? Setiap kita mendapatkan jabatan/kekuasaan di sebuah oganisasi, pasti akan ada laporan pertanggungjawaban sebagai bentuk pengawasan dalam menjalankan amanah. Dari sini, kita diuji, sejauh mana kemampuan kita menyelaraskan antara kekuasaan dan tanggung jawab, dan hal ini adalah pelajaran berharga untuk dunia kerja di masa depan.

Di lain sisi, organisasi juga kerap mengajarkan 3 hal utama, yaitu senioritas, loyalitas dan solidaritas.

Senioritas berarti menghargai yang lebih tua, loyalitas berbicara soal sejauh mana pengabdian kita dalam berlembaga, dan solidaritas identik dengan sikap saling bahu-membahu dalam menyelesaikan berbagai macam problematika. 

Bukankah semua hal itu dibutuhkan dalam dunia kerja ?

Atas dasar itu, ketika ada yang bertanya kepada saya, pentingkah berorganisasi? Maka, saya akan menjawab dengan lantang, bahwa sangat penting. Sebab, di organisalah masa depan  penunjang hidup itu diajarkan.
_________

Oleh
Aditya
Kader PC IMDI Kabupaten Pinrang

ddi abrad 1