Pemali dan Sempana Perspektif Islam

0
237

Anre Gurutta Mangkoso

PEMALI VERSUS SEMPANA PERSPEKTIF ISLAM

(Membedah kitab _”Syifa’ al-Af’idah fiy al-Tasya’um wa al-Thiyarah”_ _by_ AG H. Abdurrahman Ambo Dalle)

01) Al-Maghfuru lah AG. H. Abdurrahman Ambo Dalle sangat getol memerangi pemali karena pemali itu bagian dari syirik, sementara syirik itu perbuatan yang membatalkan amal kebajikan hamba.

Berikut pernyataan tegas QS al-Zumar: 65,

لَئِنْ أَشْرَك ْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ۝

Terjemahnya:

“…, Jika kamu (wahai Muhammad) mempersekutukan Tuhan (syirik), niscaya syirik itu akan menghapus amalmu dan pasti engkau termasuk orang-orang yang merugi.”

02) Kalau saja nabi kita Muhammad Saw. diberi tahu oleh Allah Swt. seperti itu tegasnya. Bagaimana lagi dengan kita sekalian selaku umatnya?

03) Selama 8 tahun, al-Maghfuru lah Anre Gurutta Abdurrahman Ambo Dalle melanglang buana di hutan dalam tawanan penguasa Darul-Islam Tentara Islam Indonesia (DI-TII).

Beliau sebenarnya punya kesempatan berkali-kali untuk keluar dari hutan.

Namun beliau lebih memilih memanfaatkan waktu untuk berda’wah di tengah-tengah umat yang sementara krisis akidah.

Beliau meluruskan akidah umat dari sejumlah penyimpangan yang bertentangan dengan tauhid.

04) Melihat jejak langkah perjuangan Anre Gurutta, maka selaku generasi DDI tidak pantas berkecil hati untuk mengurus Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI) karena tantangan yang dihadapi saat ini tidak akan bisa dibandingkan dengan tantangan yang dihadapi oleh Anre Gurutta dahulu.

05) Mengurus DDI berarti menapak tilas dan meneruskan perjuangan Anre Gurutta yang diwariskan kepada kita sekalian selaku generasi penerus.

06) Di situ terlihat bahwa betapa antusiasnya Anre Gurutta untuk mensterilkan akidah umat dari sejumlah virus akidah yang merebak kala itu seperti budaya syirik dengan segala bentuknya.

07) Di antara bentuk syirik yang dominan dipraktikkan kala itu adalah pemali (althiyarah).

Tradisi ini rupanya sudah menjadi budaya global pada setiap suku di setiap daerah dan bahkan pada setiap bangsa di setiap negara hingga orang Arab pun punya pemali.

08) Rasulullah Saw. amat mengecam perbuatan ini melalui riwayat berikut:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ “الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ثَلَاثًا وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ” (رواه أبو داود: ٣٤١١).

Artinya:

Dari Abdullah bin Mas’ud, r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Pemali itu adalah syirik, pemali itu adalah syirik. Beliau ucapkan tiga kali.

Tiadalah di antara kita yang beranggapan seperti itu kecuali Allah akan menghilangkannya dengan tawakkal” (HR Abu Daud: 3411).

09) Dari pernyataan tegas tersebut, maka seharusnya akidah umat ini steril dari sejumlah bentuk pemali yang menodai kemurnian akidah dan menodai kesucian tauhid.

10) Bedakan dengan sempana (tafa’ul)! Pemali dilarang sementara sempana dibolehkan.

11) Sempana dalam bahasa Bugis disebut “sennungsennungeng, paddoangen na taniya baca, naiyya kiyya gau‘-gaukeng.”

Artinya do’a tapi bukan berupa bacaan atau ucapan, melainkan hanya dalam bentuk simbol.

12) Sempana ini dibolehkan berdasarkan beberapa riwayat dari Rasulullah Saw. di antaranya, HR al-Bukhariy dan Muslim (muttafaqalaih):

عن أنس رضي الله عنه عن النبي ﷺ قال : ( لا عدوى ولا طيرة، ويعجبني الفأل الصالح: الكلمة الحسنة ) متفق عليه.

Artinya:

Dari Anas r.a. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak ada penularan penyakit dan tidak ada sesuatu yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Hal yang mena’jubkan saya adalah sempana.

(Para sahabat bertanya, “Apakah sempana itu?”)

Beliau menjawab, “Yaitu kata-kata yang baik” (muttafaqalaih).

 

13) Di antara contoh Sempana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. adalah mengumandangkan kalimat azan pada telinga bayi yang baru lahir.

Berikut riwayatnya yang shahih:

عن عبدالله بن رافع عن أمه أن النبي ﷺ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ ” (رواه أبو داوود والترمذي وقال: حديث صحيح).

Artinya:

Dari Abdullah bin Rafi’ dari ibunya, “bahwasanya Nabi Saw. melantunkan azan pada telinga Hasan bin Ali tatkala dia dilahirkan oleh Fatimah” (HR Abu Daud dan al-Tirmiziy. Beliau mengatakan bahwa hadis ini shahih).

14) Azan tersebut dimaksudkan untuk mengawali pendengarannya tatkala tiba di alam syahadah (dunia) ini adalah kalimat tauhid yang terdapat pada akhir kalimat azan dan iqamah, yaitu:

لَا إلهَ إلَّا اللهُ

Semoga kalimat yang sama juga nanti yang terakhir diperdengarkan di telinganya dan terlantun di lisannya saat menghakhiri hayatnya sehingga masuk dalam jaminan Rasulullah Saw. menjadi ahli surga kelak.

Harapan tersebut adalah do’a yang tidak dilantunkan hanya terbetik dalam benak, yang dilantunkan adalah azan dan iqamahnya.

Itulah contoh praktik sempana atau “tafa’ul“.

15) Contoh lain dari Sempana ini adalah tatkala anak bayi yang baru lahir itu di-tahnik dengan kurma yang dikunya-kunya sampai halus lalu sarinya itu diambil dengan jari telunjuk kemudian diletakkan di bibir bayi sehingga bayi itu mengisap-isapnya.

Itulah yang pertama masuk dalam tenggorokannya.

Kurma itu manis alami, rasanya menyenangkan.

Semoga sepanjang hayatnya sang bayi ini kelak mendapatkan kehidupan yang menyenangkan.

Maksud itu tidak dilantunkan dalam ucapan, hanya diterjemahkan oleh perbuatan dalam bentuk simbol.

Inilah contoh lain praktik sempana.

16) Bayi yang di-tahnik dengan kurma, itu disandarkan pada hadis berikut:

عن أسماء رضي الله عنها، “أنها ولدت عبد الله بن الزبير فأتت به النبي ﷺ فوضعته في حجره فحنكه بتمرة ، ثم دعا له وبرَّك عليه” (رواه البخاري: ٣٦١٩).

Artinya:

Dari Asma’ binti Abu Bakar al-Shiddiq, “Bahwasanya beliau melahirkan Abdullah bin Zubair lalu beliau membawanya kepada Nabi Saw. lalu beliau meletakkan bayinya di kamar Nabi Saw.,

Maka Nabi Saw. men-tahnik bayi itu dengan kurma kemudian beliau mendo’akannya dan memberkahinya” (HR al-Bukhariy: 2619).

17) Tahnik dengan kurma di Tanah Arab. Bagaimana tahnik di Tanah Air?

Dengan pendekatan kearifan lokal, maka orang tua kita dahulu mengganti kurma dengan kelapa karena langkanya kurma di Tanah Air kala itu.

Adanya hanya saat jama’ah haji baru kembali dari Tanah Suci.

Kelapa dilirik sebagai buah yang airnya manis, manisnya manis alami.

Dari pohon hingga ranting semua bisa dimanfaatkan dan mudah tumbuh di mana-mana.

Itulah yang dipilih oleh orang tua kita dahulu sehingga mengganti posisi kurma untuk men-tahnik bayi dengan kelapa.

Harapannya, semoga sang bayi ini kelak menjadi manusia berguna yang dapat memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada sesama.

Maksud ini tidak dilantunkan juga dalam ucapan, hanya diterjemahkan melalui simbol tersebut yang diikuti oleh harapan terbetik dalam hati.

والله أعلم بالصواب

Pesan Moral:

01) Pemali adalah hal yang dikecam oleh Rasulullah Saw.

Tradisi ini adalah virus akidah, maka hindarilah untuk menjaga kemurnian akidah!

02) Sempana adalah hal yang disenangi oleh Rasulullah Saw.

Tradisi ini adalah bahagian dari Sunnah.

Olehnya itu, biasakanlah bersempana dalam segala hal yang bernilai kebaikan!

03) Bila menjumpai praktik yang tidak lazim di masyarakat, maka selidikilah dengan sikap yang arif dan hati-hati!

Bila terindikasi pemali, maka luruskanlah!

Bila terindikasi sempana, maka teruskanlah!

 ۗوَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ۝

وبالله التوفيق والدعوة والإرشاد

Disimak dan dipenakan oleh Muh. Aydi Syam

Parepare, 11 Jum. Akhirah 1445 H

24 Desember 2023 M