AG. Prof. Dr. A. Syamsul Bahri AG, Lc. MA.
WAKHITAMUHU MISK
Hal terpenting ketika mengingat Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah menjadikannya sebagai suri teladan, mencintainya, dan mengikutinya.
Berkaitan dengan mengikuti Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam ini ada TIGA prinsip yang penting untuk diperhatikan :
Pertama, makna mengikuti Rasul adalah mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Allâh SWT berfirman, tafsirnya:
“Apa saja yang dibawa Rasul kepada kalian, terimalah; Apa saja yang dilarangnya atas kalian, tinggalkanlah; dan bertaqwalah kalian kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh sangat keras hukuman-Nya” (QS. al-Hasyr: 7).
“Tidaklah patut bagi laki-laki mukmin maupun bagi perempuan mukmin, jika Allâh dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat secara nyata” (Q.S. al-Ahzab: 36).
Bahkan kesediaan mengikuti ketetapan dan keputusan hukum Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam merupakan cerminan dari keimanan. Tidak ada keimanan tanpa ketaatan pada syariat Islam (QS. al-Nisa’: 65).
Kedua, syariat Islam diturunkan oleh Allah Yang Maha Tahu tentang seluruh manusia dengan segala aspek kemanusiaannya.
Perbedaan suku, bangsa, bahasa, tempat, dan waktu hidup bukanlah pembatas ataupun penghalang bagi penerapan syariat Islam secara menyeluruh.
Kewajiban penerapan syariat Islam secara menyeluruh tetap dapat dilaksanakan sepanjang masa.
Karenanya mengikuti Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam merupakan perkara yang tetap relevan sekalipun pada zaman modern sekarang ini.
Kemajuan sains dan teknologi bukanlah masalah dalam penerapan syariat Islam karena kemajuan teknologi hanya mengubah sarana hidup, namun tidak mengubah metode hidup dan kehidupan.
Ketiga, mengikuti Rasûlullâh adalah sesuai dengan fitrah manusia. Karena Islam yang dibawanya sesuai dengan fitrah manusia.
Setiap ajaran Islam berupa aqidah, ibadah, akhlak dan mu’amalah, dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya pasti sesuai dengan fitrah manusia, sebab Islam berasal dari Allâh, lalu diperuntukkan bagi manusia yang juga diciptakan oleh Allâh SWT.
Bukan hanya itu, mengikuti Rasûlullâh adalah kebaikan, perolehan kasih sayang, dan limpahan ampunan. Allâh Subhanahu wata’ala berfirman, tafsinya:
Katakanlah, ”Jika kalian (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku, niscaya Allâh mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.Ali’Imran: 31).
Oleh kerana itu, dari ketiga prinsip tersebut jelas Allâh SWT memerintahkan kita untuk meneladani Rasulullah dalam setiap aspek kehidupan.
Allâh SWT memerintahkan kita untuk menjalankan Islam secara kaffah.
Karenanya di bulan Rabi’ul Awwal ini tidak lengkap hanya ingat akan kelahiran Nabi Muhammad sahaja, melainkan bagaimana kaum muslim secara kolektif melahirkan umat Islam yang maju diikat oleh akidah yang benar, dihukumi oleh aturan yang adil, dan dipimpin oleh pemimpin yang jujur.
Dan kita senantiasa dituntut untuk menjadikan risalah Islam yang dibawa Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagai panduan hidup kita.
Kita tidak boleh untuk menjadikan selain Islam sebagai jalan penyelesaian atau jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi, sebab ini terkait dengan masalah diukur dari keikhlasan kita untuk menjadikan Islam sebagai tolok ukur atas setiap masalah yang dihadapi.
Maka sebagai bukti atas kukuhnya keimanan kita, sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam bergerak mewarnai kehidupan ini dengan warna Islam serta memberikan solusi terhadap berbagai masalah dengan solusi Islam
Dan menjadikan Rasûlullâh sebagai proyek percontohan dalam setiap aspek kehidupan sehingga sambutan dan peringatan maulid bukan hanya sekedar simbol yang senantiasa disambut dan diperingati, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengaplikasikan amalan perbuatan dan perkataan serta semangat perjuangan dalam kehidupan nyata umat Islam hari ini.
Wallahu a’lam bissawab















