AG. Prof. Dr. H. A. Syamsul Bahri AG, Lc. MA.
Baarakallahu Fi Umurikum, wasaddada khutaakum, waja’alakum zuhran lilummati Islamiyah wa abna’ addariyah.
Nama ‘Faried Wajdy” memang sudah terkenal di dunia Islam semasa Anre Gurutta Faried lahir
di Mangkoso lagi.
Hanya saja saya merasa ada kemungkinan bahwa AGH Ambri Said ayahanda beliau telah membaca Majallah Azhar ketika itu yang ketua editornya ialah Faried Wajdy Mesir.
Beliau seorang cendekiawan Muslim dan wartawan tersohor apatah lagi setelah menulis Enziklopedia abad ke20 sebanyak 10 jilid besar yang diberi nama “ Dairatul Ma’arif al-Qarnil Isyrin”.
Konon enziklopedia ini sengaja dibuat untuk menandingi Enziklopedia Britanika yang dibuat oleh kumpulan orientalis Barat.
Kami baru mengenali sosok Gurutta Mangkoso ini setelah berjumpa dan sama-sama belajar di Cairo tahun 1980an.
Ada lima tahunan kami bergaul dengan beliau malah pernah sama-sama makan malam beberapa bulan di Bu’uts.
Dan yang menarik karena beliaulah yang masak
lauknya dan nasinya dimasak oleh Gurutta Alwi Paranru dan terkadang Syekh Abdul Hamid yang
suka belanja dapur di kedai runcit.
Kami bertiga saya, Gurutta Wahhab Zakaria dan Gurutta Zainuddin hanya tahunya makan dan cuci piring dan periuk.
Saya tidak terlalu pasti sejak kapan bermulanya gelaran-gelaran di KKS terutama keluarga
DDI di Cairo.
Anre Gurutta sendiri melekat nama Ponggawa saya sebut Petta Ponggawae, Gurutta Wahhab Presiden kita, Gurutta Zainuddin Umdah, Gurutta Mustamin Jenderal, dan Koperal kita disandang oleh Tuan Guru Iderus yang kabarnya menetap di Pahang Malaysia.
Yang jelas, saya rasakan itu merupakan luapan rasa kasih sayang kita bersama dalam mengarungi
perjuangan menuntut ilmu di bumi kinanah.
Konon beritanya, Gurutta Mangkoso sering ke Belanda seperti mahasiswa lain jika datang
musim panas waktu libur untuk tujuan kerja musiman nambah ongkos biaya hidup di Mesir.
Tetapi sejak saya di Cairo Gurutta tidak pernah keluar negeri lagi termasuk ke Saudi pun tidak.
Beliau betul betul fokus dengan memperdalam ilmu pengetahuan baik melalui baca kitab termasuk kunjungan perpustakaan dan pameran buku di pelbagai tempat di Cairo.
Saya rasa beliau sangat disiplin orangnya, baik dalam kehidupan hariannya seperti makan-minum, olah raga ringan dan tidur siangnya, apatah lagi dengan kegiatan belajarnya.
Walaupun agak lama baru selesai studi formalnya di tingkat magister akan tetapi peluang itu digunakan dengan baik memperdalam berbagai ilmu termasuk kursus Bahasa Asing/Prancis digelutinya sampai pringkat advance.
Saya difahamkan bahwa Gurutta menghabiskan 15 tahun di bumi Mesir untuk memperdalam ilmu agama terutama ilmu usul dan ilmu syariah yang menjadi kepakarannya.
Saya menjadikan beliau sebagai senior, sebagai kakak dan sekaligus sebagai guru tauladan terutama dalam memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menekuni ilmu pengetahuan sebagai bagian kehidupan harian kita di Cairo.
Beliau sering menasehati kita warga KKS khusus warga DDI agar tetap memelihara akhlakul karimah dan sopan santun dalam pergaulan.
Jangan terpengaruh dengan kebebasan yang ada di Mesir. Ingat bahwa kita akan kembali ketanah air dan akan menjadi panutan masyarakat.
Olehnya itu jangan menodai diri kita di Mesir karena masyarakat kita, keluarga kita mengharapkan suatu yang mulia dari kita, yaitu menjadi ulama, pendakwah untuk mengayomi masyarakat dalam beragama dan berakhlakul karimah.
Bersambung…