Sejarah Perguruan Tinggi DDI

0
463
Pandangan keagamaan dan kebangsaan DDI

AG. Prof. Dr. H. A. Syamsul Bahri AG., Lc. MA.

PERGURUAN TINGGI DDI

Setelah beberapa tahun AGH Ambo Dalle membangun perguruan DDI di Parepare, muncullah pemikiran pengembangan perguruan DDI ke depan.

Rencana pembukaan perguruan tinggi DDI mulai bergema terutama setelah semaraknya pendidikan tinggi Islam di Jogja dan Jakarta.

Tahun 1955 diadakanlah Musyawarah Nasional DDI di Parepare dengan menghadirkan tokoh pendidikan nasional seperti Prof Ismail Ya’kub, Prof Abu Bakar Aceh dan Prof Mahmud Yunus.

Di antara kesepakatan yang diputuskan ialah pendirian Perguruan Tinggi DDI di Parepare.

AGH Ambo Dalle bersama ulama DDI yang lain merespon baik program ini.

Terutama di Sulawesi waktu itu belum ada perguruan Tinggi seperti di Jawa.

Antara tokoh DDI yang sangat antusias mencermati hal itu ialah AGH Aliyafi, AGH Abduh Pabbajah, AGH Amin Nasir dan AGH Haruna Rasyid dan lainya.

Mereka mendukung AGH Ambo Dalle agar terus diusahakan dalam waktu yang tidak lama.

AGH Ambo Dalle ingin melaporkan program baru ini kepada Gubernur Sulawesi Selatan, namun di perjalanan, tepatnya di kawasan Maros beliau diculik masuk hutan oleh kaki tangan Kahar Muzakkar (DI/TII).

Terpaksa AGH Ambo Dalle tidak dapat meneruskan rencana perguruan tinggi DDI di Parepare, malah tokoh DDI yang lain terkejut mendengar berita itu dan mereka mengadakan musyawarah untuk membicarakan langkah meneruskan dan menangani perguruan DDI Parepare setelah Anregurutta diculik.

Sementara program pembukaan Perguruan Tinggi DDI ditunda dulu hinggalah AGH Ambo Dalle kembali ke pangkuan DDI.

Setelah Anregurutta keluar dari hutan, terus ke Parepare membenahi kembali DDI dan beberapa tahun kemudian diresmikanlah perguruan tinggi DDI dengan nama Universitas Islam DDI (UI-DDI) dalam Bahasa Arab disebut sebagai Jami’ah Islamiyah Addariyah (JIA).

UI-DDI ini awalnya memiliki tiga fakultas yaitu Usuluddin, Syari’ah dan Tarbiyah.

Untuk memudahkan langkah awal jalannya universitas DDI ini AGH Ambo Dalle bekerja sama dengan IAIN Alauddin Ujung Pandang yang baru juga didirikan.

Drs Muhiddin Zein sebagai Rektor pertama IAIN Alauddin juga murid AGH Ambo Dalle ingin supaya di Parepare didirikan Fakultas Tarbiyah IAIN cabang Parepare.

Langsung Gurutta merespon dan menyediakan tempat di Ujung Baru di sampingnya DDI Parepare.

Dan cikal bakalnya Fakultas Tarbiyah DDI dilebur menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Cabang Parepare.

Antara pimpinan/Dekan IAIN Cabang Parepare peringkat awal didirikan 1970-an ialah AGH Muhamad Abduh Pabbajah kemudian Drs Sawihi Garetta, Drs Bustani Syarif, Drs Mapanganro Damang dan Drs Muiz Kabri semuanya adalah orang DDI.

Anregurutta juga bekerjasama dengan pimpinan pesantren besar lainnya di Sulsel untuk mendirikan Ma’had ‘Ali di bawah Yayasan Hai’atu taqaful.

Mereka yang bergabung ialah AGH Muhamad Yunus Martan (As’adiyah Singkang), AGH Muhammad Daud Ismail (Soppeng) dan AGH Junaid Sulaiman (Bone).

Sebagai sekretarisnya disepakatilah AGH Muhammad Abduh Pabbajah.

Awal 1970-an Ma’had ‘Ali ini cukup maju dan telah menammatkan maha santrinya tiga kali.

Setelah AGH Hasan Basri (putra AGH Daud Ismail) pulang dari Mesir maka pengendalian Ma’had ‘Ali ini diserahkan kepadanya.

Beberapa tahun kemudian didirikanlah Fakultas Tarbiyah DDI di Pangkep dan Pinrang, dan Fakultas Syari’ah dipindah ke Pesantren DDI Mangkoso.

AGH Ambo Dalle juga mengizinkan pendirian SP IAIN di kampus Ujung Baru, Parepare dan rumahnya sendiri di Ujung Baru ditempati oleh dosen dosen IAIN dari Ujung Pandang (Makassar).

Kita bersyukur bahwa perkembangan IAIN Cabang Parepare terus melaju dari Fakultas Tarbiyah, STAIN kemuadian Institut (IAIN).

Semoga berkat kepemimpinan Dr Hannani (Ulama muda DDI juga) tidak lama lagi menjadi Universitas (UIN).

Hanya saja UI DDI yang dulunya menjadi parner IAIN Alauddin cabang Parepare kini hilang dan fakultasnya berubah menjadi STAI DDI.

Dengan usaha yang gigih yang dilakukan oleh warga DDI kita lihat perkembangan perguruan tinggi DDI sekarang semakin menggembirakan.

STAI DDI sudah puluhan di berbagai daerah, Universitas satu buah (Unasman) dan IAI DDI dua buah (Polman dan Sidrap).

Semoga ke depan lembaga pendidikan tinggi DDI semakin maju dan mampu bersaing dengan perguruan tinggi lainnya di dalam dan di luar negeri.

Perguruan Tinggi DDI yang berkembang sekarang ialah: Universitas Asy’ariyah Mandar, Institut Agama Islam Polman, Institut Agama Islam Sidrap, Ma’had ‘Aliy Mangkoso, Ma’had ‘Ali Abrad Makassar, STAI DDI Makassar, STAI DDI Jenneponto, STAI DDI Maros, STAI DDI Pangkep, STAI DDI Mangkoso, STAI DDI Parepare, STAI DDI Pinrang, STAI DDI Majenne, STKIP DDI Pinrang, STKIP DDI Mamuju, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Pasangkayu.

Sebagai organisasi yang berbegerak di bidang pendidikan dan dakwah, DDI masih perlu bergerak maju menyebarluaskan Ma’had ‘Ali di setiap Pondok Pesantren DDI dan Lembaga Pengajian Dakwah yang masih perlu pengembangan aktivitasnya.

Forum-forum dakwah dan tabligh perlu digerakkan sebagai satu bentuk sumbangan DDI dalam menyebarluaskan pemahaman Islam moderat mengikut panduan dan acuan DDI yang telah dikenal sejak lahirnya sebagai benteng fahaman Ahli Sunnah Wal-Jama’ah di Nusantara.

STAI dan STKIP DDI dapat bergerak maju untuk meningkatkan diri menjadi Institut dan Universitas.

Lembaga Perguruan Tinggi dan Ma’had ‘Ali PB DDI harus aktif memberi bimbingan kepada lembaga pendidikan tinggi DDI ini agar dapat bersaing secara positif dan mengadakan kerja sama dengan perguruan tinggi luar dan dalam negeri.

Menjadi harapan kita semua agar pendidikan tinggi DDI dapat menghasilkan ilmuan dan ulama yang mampu bersaing, dan pimpinan pesantren DDI yang kini sedang berkembang maju di berbagai kawasan di Nusantara.

Adalah diharapkan Lembaga Pendidikan Tinggi PB DDI dapat mengemban amanah Amanah dengan penuh tanggung jawab dalam membangun dan memajukan pengajian tinggi DDI.

Semoga Allah memberikan tawfiq dan hidayahNya kepada kita semua….

WABILLAHI TAWFIQ WA DA’WAH WAL IRSYAD