Makassar, ddi.or.id.–Gurutta Ketum memperingati Isra’ Mi’raj di Pondok Pesantren DDI Abrad diperingati pada Senin pagi (20/01/2025). Peringatan kali ini terasa istimewa karena dihadiri oleh Gurutta Ketua UmumĀ PB DDI AG. Prof. Dr. H. Syamsul Bahri A. Galigo, MA dan Gurutta Wakil Ketua Umum AG. H. Helmy Ali Yafie.
Mengiringi kehadiran Gurutta Ketum, Ketua Lawazis DDI Gurutta H. M. Yahya Ahmad, Lc, didampingi A. Razak Lolo Bendahara Lawazis, Hj. A. Nurbaya Tanetting dan Nur Wahidah Roci dari Ummahat DDI dan Permata DDI Sulsel.
Hadir juga ketua terpilih PD DDI Kota Makassar H. Ahmad Taslim Rahman Mattammeng dan Sekretaris terpilih H. Abdul Rahman Zain, yang terpilih sehari sebelumnya, AhadĀ (19/01/2025) dalam Muusyawarah Daerah VII DDI Kota Makassar di Balai Diklat Keagamaan Kota Makassar.
Baca juga: DDI Patobong Terima Sumbangan Kanwil Kemenag Sulsel
Peringatan Isra’ Mi’raj kali ini secara khusus meminta kepada Gurutta Ketum untuk menjelaskan intisari kitab An-Nibras Al-Wahhaj karya Anregurutta Abdurrahman Ambo Dalle.
Gurutta Ketua Umum dalam uraiannya menjelaskan bahwa, seeloknya dalam peringatan Isra’ Mi’raj di lingkungan DDI kitab ini menjadi rujukan utama.
Kenapa? Karena Anregurutta alamarhum telah menulis kitab ini sebagai panduan kita berisra’ mi’raj. Dalam kitab ini dijelaskan dengan sangat rinci setiap peristiwa yang dialami Rasulullah saw, sebelum di-Isra’kan hingga sepulang Mi’raj.
Kitab ini unik dan memiliki kekhasannya sendiri, karena ditulis dalam Aksara Lontara Bugis. Para penceramah DDI harusnya membawa kitab ini sebagai bahan untuk menjelaskan peristiwa isra’ mi’raj secara rinci.
Kebanyakan ustadz penceramah saat ini hanya langsung menjelaskan tentang diterimanya perintah salat lima waktu, tapi tsangat jarang yang pernah baca bagaimana kejadiannya secara runut, sejak persiapan hingga pulangnya Rasulullah saw.
Isra’ Mi’raj ini juga adalah bagian dari keimanan. Menolak mengimaninya bisa menjerumuskan sesorang pada kekafiran.
Baca juga: Permata DDI Kaltim Terbentuk
Sebelum Gurutta Ketum menyampaikan intisari kitab tersebut, secara bergantian tiga orang santri putri membaca beberapa pasal yang menuturkan secara rinci tahap demi tahap persitiwa Isra’ Mi’raj ini.
Ketiganya adalah ananda Nur Fahimah Jalilah asal Barru, Tiara Febri WInata asal Soppeng, dan Khaerunnisa asal Sinjai. Ketiganya membaca naskah aslinya dalam Aksara Lontara Bugis yang kental.