Musibah: Bala’ dan Adzab

0
355

 

Dr. Haidar Baghir merasa perlu membahas dua kosa Qur’any kata yang berbeda ini dalam bukunya _”Makrifat Sakit dan Kematian”_ agar kita tidak salah dalam menyikapi jenis musibah yang menimpa. Dua-duanya datang dari Allah Yang Maha Bijak, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Penyayang.

Bala’ itu adalah sesuatu yang diturunkan oleh Allah dalam bentuk tantangan atau kesulitan, bukan karena telah melakukan kesalahan dan dosa. Di dalam Al-Qur’an, bala’ diartikan dengan ujian. Ujian itu tidak mesti karena orang tersebut telah melakukan perbuatan yang salah. Ujian bisa diberikan untuk meningkatkan kualitas seseorang.

Sedangkan, arti umum ‘adzab adalah siksaan atau hukuman. Sehingga, orang mengatakan kalau bala tidak ada hubungannya dengan dosa, sementara adzâb itu adalah respons Allah terhadap orang yang orang yang telah melakukan kesalahan atau dosa.

Musibah dalam bahasa Indonesia itu konotasinya negatif, sedangkan dalam bahasa Arab bermakna sesuatu yang menimpa. Maknanya bersifat netral, bisa baik dan bisa juga buruk (baca Surah Al-Nisa’ [4] ayat 79). Kita lihat bagaimana Al-Qur’an berbicara perihal ini. Dalam hal hasanah/kebaikan ataupun sayyi’ah/keburukan, hingga akhirnya berubah menjadi baik. Maka, tidak ada musibah dari Allah Swt. kecuali untuk kebaikan kita semua. Kembali kepada apa yang saya singgung di atas.

Semuanya itu pada tergantung respons kita. Jika reaksi kita negatif, maka akibatnya ketika kita mendapatkan bala’ kualitas kita pun akan menurun. Misalnya; marah-marah, putus asa, serakah, menimbun, dan mementingkan diri sendiri.

Kalau ini yang terjadi, maka bala’ menjadi buruk dan adzab menjadi kutukan bagi kita. Tetapi jika kita bersikap positif, maka yang muncul adalah sikap sabar, mendekatkan diri kepada Allah.

Bahkan, kalaupun musibah itu sampai mengambil ajal kita atau keluarga kita _wal-‘iyâdzu billâh_ semoga Allah menjauhkan dari itu kita pasrah dan percaya bahwa ajal itu bisa datang melalui bentuk apa pun dan Allah Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Jika sikap seperti ini yang terpatri di dalam diri kita, maka musibah akan menjadi berkah dan kita mendapatkan hikmah dari sesuatu yang tadinya kita lihat sebagai keburukan.

ddi abrad 1