Tasbih Modern

0
93

TASAWUF RAMADAN (23)

PUASA TAJALLI (c)

Tasbih Modern

Oleh: Husain Alfulmasi

Seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.

Ayat pertama pada Al-Qur’an surah al-Hadid (57) ini menegaskan bahwa semua yang diciptakan Allah baik yang berada di langit maupun berada di bumi seperti binatang dan tumbuhan bebatuan dan lainnya yang bernyawa ataupun tidak bertasbih pada Allah.

Secara bahasa tasbih berasal dari kata sabbaha, yusabbihu, tasbih yang berarti mensucikan, menjauhkan, berenang dan terbang. Tasbih juga bermakna segera pergi untuk beramal dalam rangka menyembah Allah.

Sedangkan secara terminologi makna tasbih adalah menyucikan Allah dari segala keburukan dan dari segala perbuatan ataupun sifat yang tidak sesuai dengan keagungan kemuliaan, kasih sayang dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu.

Ada tiga makna penyucian pada kata tasbih kaitannya sebagai makhluk sosial yaitu

Pertama; menyucikan perkataan yang berarti hanya menyampaikan hal-hal yang benar fakta berfaedah dan penting.

Tasbih yang sering dilafalkan baik di dalam maupun di luar salat mengajarkan untuk senantiasa menyampaikan berita yang benar bukan hoax apalagi fitnah.

Informasi yang fakta terjadi dan memberi faedah. Tidak semua berita yang diketahui layak dan pantas disampaikan. Dipilah dan dipilih informasi yang hanya memberi manfaat saja yang disampaikan.

Kedua; menyucikan perbuatan. Menampilkan diri sebagai teladan di masyarakat.

Misi utama Rasulullah Saw diutus kepada seluruh umat manusia hanya untuk menyempurnakan adab dan menjadi teladan hidup dalam kehidupan.

Tasbih menuntun untuk selalu mensucikan Allah dalam bentuk sikap yaitu tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Sikap yang ditampilkan senantiasa menyandarkan pada rida Allah bukan pada makhluk manusia yang tak sempurna dan tak abadi.

Perbuatan seseorang yang selalu menginspirasi orang untuk turut taat pada Allah merupakan salah satu perwujudan tasbih yang selayaknya sering diamalkan.

Menyucikan niat; meluruskan niat merupakan makna ketiga tasbih.

Niat merupakan faktor utama sebuah ibadah berdampak pahala atau tidak.

Sesungguhnya suatu amal sangat tergantung pada niatnya kalau niatnya mengharap rida Allah SWT semata maka Allah pun berhak memberikan apresiasi terhadap amalan si hamba, sebaliknya bila niatnya dalam melakukan amalan karena faktor-faktor duniawi saja maka Allah SWT tidak punya hak sedikitpun terhadap amalan-amalan hamba tersebut.

Sehingga sangat dianjurkan dalam setiap kali mengerjakan ibadah agar meluruskan niat dan menjaganya sampai akhir ibadah.

Saat seseorang melaksanakan ibadah tidak ada yang mengantarai antara si hamba dengan Allah kecuali niatnya.

Makna tasbih semacam di atas itulah yang layak terus diamalkan di era modern ini seperti makna hadis nabi bahwa diamnya orang berpuasa merupakan tasbih; diam untuk tidak meniatkan sedikitpun kejahatan, diam untuk tidak mengatakan sesuatu yang bohong, dan diam untuk tidak melakukan sesuatu yang tak berfaedah.

Dengan demikian kunci keselamatan seseorang di era modern ini ketika niat, perkataan dan perbuatannya selalu disucikan seperti sucinya Allah SWT dalam setiap tasbih manusia.

Polewali, 23 Maret 2025.

ddi abrad 1