Donasi Kembalian di Minimarket

0
234

 

 

Keberadaan pusat perbelanjaan dan swalayan seperti supermarket, hypermarket, minimarket, dan apa pun nama sekoloni ‘departemen store’, kini semakin menjamur di ibu pertiwi.

 

Bukan hanya di kota-kota metropolitan, juga sudah mulai merambah ke teritori pedalaman yang dimonopoli investor luar daerah.

 

Strategi pemasarannya begitu manis nan cantik dengan mengambil potensi seluruh kekuatan yang ada dan memanfaatkan peluang yang dimiliki. Seperti strategi promosi, siasat produk, kiat harga, dan taktik distribusi. NAPPUNNAI MANENG.

 

Minimarket begitu nyaman nan memesona dimata komunal yang gemar berbelanja.

 

Promosi dan diskonnya yg memukau pengunjung seantero negeri, lantas masyarakat mengocek kantong ‘lebih dalam’ demi mendapatkan aneka keperluan dan impian dalam kesehariannya.

 

Saudagar minimarket sesuai kepiawaiannya amat lihai sebarkan ‘cinta’ dan ‘filantropi’ kepada konsumennya.

 

Ia berikan pembeli serba-serbi kepuasan, kegembiraan, dan kedoyanan.

 

Dirinya propagandai paguyuban melalui advertensi dan iklan ekonomis yang mudah terjangkau.

 

Semua narasinya elok, juwita nan bermutu.

 

Seluruh sketsanya anggun, gurih dan menarik hati para konsumen. NAPAKAWANG BATU PUTE WE.

 

Namun,

 

Sering melakukan jebakan ikan “pukat tarik” di minimarketnya, sepertinya ‘ada udang di balik batu’.

 

Usai belanja di minimarket kerapkali seorang kasir menawari konsumen ‘pengembalian receh untuk didonasikan’.

 

Tawaran demi tawaran per episode pun dimainkan pada konsumen lain. Bagai menjala ikan di pinggir sungai, kerap mendapat ikan kecil, tapi kali banyak.

 

Memang akumulasi rupiahnya tidak banyak-banyak sih. Awalnya, kasir hanya menawarkan donasi kembaliannya Rp 100.

 

Nominal sekecil itu, mungkin konsumen masih berpikir wajar-wajar saja untuk menderma.

 

Masalahnya, dari waktu ke waktu kadar donasinya menanjak kembung alias merambak gendut.

 

Mulai naik Rp 200.-

Melonjak terus ke Rp 300.-

Meningkat lagi ke Rp 400.-

 

Bahkan ada yang pernah diminta donasi Rp 500!

 

Niat hati ingin berhemat, eh malah uang recehnya diembat juga. NANRE BUAJA kata orang Tanru’ Tedong. Cukimay, geram orang Ambon.

 

Menjadi teller memang lihai, ditempatkan yg murah senyum dan jago merayu.

 

Pancaran indah dari manik-manik matanya. Desah suaranya memberi pelayanan terbaik.

 

Tentu semua pengunjung merasa kondusif,

Walau sedang dibidik sisa recehannya,

demi menjangkau ion-ion harapan.

 

Pendeknya, sang teller memamerkan “umbak umbai”-nya, agar proposal ‘recehan logam’ pengunjung sukses berpindah.

 

Bunga disiram pasti mekar.

 

Mendengar tawaran bendaharawati minimarket, pasti konsumen bagai mentega yang jatuh di wajan panas. Langsung klepek-klepek MACCOLO’ GOLLA CELLA’ mengiyakan, relah recehannya dipetik sang kasir minimarket.

 

Saya sering bertanya “donasi untuk apa ini mbak?

 

Selama ini saya menerima jawaban yang berbeda-beda setiap pentas minimarket.

 

Akibat respon yang variatif, hal itu justru membuatku mulai curiga.

 

Ada yang menjawab untuk kegiatan sosial, yang lain merespon buat kampanye politik sep Cagub, ada pula menyebut sebagai kegiatan jemaat di gereja. Wuadduu, masuk habitat lain yang tidak sekimiawi!!!

 

Kalau donasi untuk kegiatan rumah ibadah non Muslim, berarti penyumbang terbesar minimarket di janabijana ini adalah komunitas Muslim.

 

Agar tidak timbul kecurigaan berlarut-larut mengenai donasi dialirkan ke mana, idealnya karyawan minimarket menyiapkan saja sejenis kotak amal akrilik di pojok pintu keluar.

 

Tidak perlu lagi kasir minimarket menawarkan donasi liarnya kepada konsumen. Biarkan air mengalir, persilahkan pengunjung sesuai kesadarannya berderma seikhlasnya. Ini baru minimarket unggul dan berdaulat.

 

Anehnya, dimana-mana juragan minimarket tidak mau rugi Rp 100 dari konsumennya. Tapi, giliran pembeli masih ada sisa recehan kembalian, justru mereka minta konsumen untuk didonasikan. Sontoloyo!

 

Coba pergi ke warung tradisionalnya Wa’ Manang, pasti senyum ikhlas merelakan nominal itu. Jangankan Rp 100, sepuluhribu rupiah pasti

 

TIDAK MAU…he he!!!

 

Jika antriannya panjang depan kasir, kadang2 konsumen merasa malu menolak proposisi permintaan kasir minimarket.

 

Itu yg sering aku alami shg perlunya basa-basi terhadap teller “Mbak, tolong dimasukkan di kotak amal masjid sekitar sini aja ya”.

 

Ternyata dengungan ku ini jitu loh. Kasir minimarket tidak pernah lagi menahan recehan ku. Mungkin pikirnya JAMANG-JAMANG BUKKU’.

 

Ada pula yang merespon, “recehan itu mau dikumpulin untuk uang parkir mbak”. Dikembalikan juga, banyak jalan menuju Roma.

 

Saya yakin, Anda juga pasti pernah mengalami fragmen jahil ini, yaitu dimintai kesediaan mendonasikan sisa belanja di minimarket?

 

Sekali lagi, Tahukah Anda ke mana uang sumbangan itu dialirkan?

 

29 Maret 2023

ddi abrad 1