Tahlilan malam pertama al maghfurlah anregurutta Ali Yafie diisi ceramah oleh gurutta Saparuddin Latif dari Ponpes DDI Mangkoso. Dalam ceramahnya, gurutta Saparuddin menggarisbawahi empat hal penting.
Pertama, tentang kematian sebagai sebuah misteri yang tidak bisa direkayasa karena sudah ditentukan. Beliau menyatakan bahwa kematian tidak sama dengan daftar naik haji di mana yang daftar pertama, maka dia yang akan berangkat lebih dulu. Kematian tidak melihat siapa yang lahir terlebih dahulu. Kematian bisa datang pada yang lebih tua, namun tak jarang juga datang pada yang lebih muda.
“Ada banyak orang tua yang menyaksikan kematian anaknya,” kata Gurutta Saparuddin.
Topik kedua yang dibahas adalah tentang teladan AG Ali Yafie. Sepanjang hidupnya, AG Ali Yafie dikenal sebagai sosok yang tidak pernah marah. Bahkan menurut penuturan gurutta Helmi Ali, di rumah pun beliau tidak pernah marah.
Menurut penceramah, ini terjadi karena gurutta Ali Yafie selalu memandang segala sesuatu secara positif. Kalau pun ada sesuatu yang kurang pantas, beliau berusaha memahami situasinya. Artinya, bagi gurutta, segala yang beliau terima selalu bermakna baik.
“Kalau semua yang masuk baik, pasti yang keluar juga baik semua,” tegas Gurutta Saparauddin.
Ketiga, Pak Saparuddin juga bicara tentang keteladanan AG Ali Yafie sebagai orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan sangat baik. Penghormatan pada orang tua adalah nilai yang harus dipegang oleh semua anak. Hal ini, menurut beliau, yang kurang dari anak-anak masa kini.
Salah satu tanda bakti dan penghormatan anak pada orang tuanya adalah bahwa sang anak selalu mendoakan orang tuanya.
Hal keempat yang dikemukakan oleh gurutta Saparuddin Latif adalah bahwa jasa AG Ali Yafie sangat besar. Lembaga pendidikan yang beliau rintis sekarang tumbuh di mana-mana. Ada ratusan ribu santri yang mendapatkan manfaat dari upaya beliau membangun sekolah di bawah naungan DDI.
Gurutta Saparuddin menegaskan bahwa walaupun di rumah AG Ali Yafie hanya ada 30 atau 40an orang yang membaca Yasin untuk beliau, tapi dalam waktu yang bersamaan, ada ribuan bahkan puluhan ribu santri yang juga sedang membaca Yasin secara bersama di seluruh sekolah dan pesantren DDI di pelbagai pelosok negeri.
Acara tahlilan ditutup dengan ramah tamah bersama keluarga inti al maghfurlah AG Ali Yafie. Sembari ramah tamah, tuan rumah membagikan berkat untuk untuk dibawa pulang oleh para santri dan keluarga yang hadir.