PP IMDI Bakal Gelar Wisata Literasi Moderasi di Basseang, Ini Tujuannya

0
135

DDI.OR.ID, NEWS – Pimpinan Pusat Ikatan mahasiswa Darud Da’wah wal Irsyad (PP IMDI) melalui Bidang Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat bakal menggelar kegiatan Wisata Literasi Moderasi.

Kegiatan akan dipusatkan di Bukit Sarong, Dusun Kalosi, Desa Basseang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan, Jumat-Sabtu (02-04/05/2025) mendatang.

Ketua Panitia Pelaksana, Lukman mengatakan kegiatan tersebut akan diisi dengan beragam agenda. Mulai dari pengajian dan dakwah, diskusi relasi agama dan budaya, pentas seni, pertunjukkan budaya, serta pameran.

Selain itu, akan diadakan pula penandatanganan perjanjian kerja sama dalam hal pembinaan literasi moderasi untuk masyarakat setempat, dan peresmian perpustakaan sebagai pusat kegiatan kerja sama tersebut.

“Dari sekian banyak agenda, tujuan inti dari kegiatan kami adalah menetapkan Basseang sebagai sampel desa binaan dalam rangka menguatkan akar pemahaman literasi moderasi di lingkungan masyarakat,” kata Lukman saat dikonfirmasi, Selasa (22/4/2025).

Sementara itu, Ketua Umum PP IMDI Hery Syahrullah mengatakan, di era disrupsi saat ini, masyarakat berulang kali disuguhkan oleh penyebaran hoaks (kebohongan) dan hate speech (ujaran kebencian) yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Ironisnya, mereka seringkali menggandeng isu agama sebagai senjatanya, sehingga berpotensi menyulut perdebatan dan perkelahian antar umat. Salah satu yang paling masif adalah perdebatan terkait benturan antara agama dan budaya. Tidak sedikit budaya yang telah mengakar di kehidupan masyarakat, diklaim bid’ah dan khurafat oleh oknum penganut agama tertentu, yang akhirnya menciptakan dikotomi antara kelompok masyarakat.

“Jika hal itu terus-menerus terjadi, maka keharmonisan hubungan antar masyarakat akan berpotensi merenggang dan menegang, hingga dapat mengaburkan nilai kekeluargaan dan persaudaraan,” jelas Hery.

Itulah sebabnya, dibutuhkan gagasan segar untuk mengatasi problematika tersebut. Menurut Hery, hal itu bisa dilakukan melalui dua pendekatan.

Pertama, pengaktifan perpustakaan.

Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pengembangan literasi dan pengasahan intelektual. Salah satu yang bisa dilakukan adalah menggencarkan kegiatan transfer ilmu pengetahuan. Jika perlu, rutin diselenggarakan setiap pekan atau bulannya dengan mengangkat tema yang faktual dan aktual tentunya. Selain itu, pembicara yang dihadirkan juga mesti jelas kapasitas dan kapabilitasnya, agar informasi dan pengetahuan yang diterima oleh masyarakat, jelas sanad dan sumbernya.

“Dengan aktifitas rutin yang demikian, masyarakat akan terbiasa menerima sesuatu yang dapat dipertangggungjawabkan kebenarannya. Itu pun berarti, masyarakat dengan sendirinya akan terjauhkan dari praktek menyebarkan hoaks dan hate speech. Baik itu di dunia nyata, maupun di dunia maya,” papar Hery.

Kedua, lanjutnya, hal yang mesti menjadi perhatian adalah pemanfaatan masjid. Ruang ini mesti difungsikan sebagai pusat penguatan pemahaman moderasi. Salah satu yang bisa dilakukan adalah merutinkan agenda pengajian yang membahas isu-isu moderasi beragama. Tentunya dengan menghadirkan kiai atau ustad yang jelas sanad keilmuannya. Oknum-oknum ustad yang kerap berdakwah bermodal kebohongan (hoaks) dan gemar menumpahkan kebencian (hate speech) mesti ditutup rapat-rapat ruangnya. Jangan sampai, doktrin mereka masuk dan menggerogoti masjid dan mencekoki masyarakat desa dengan pemahaman yang salah.

Dari masjid desa, masyarakat mesti terus-menerus diperkenalkan bahwa puncak dari agama adalah pengamalan nilai. Sebab, segala nilai yang terkandung dari suatu ibadah, selalu berbanding lurus dengan perdamaian sosial.

“Berangkat dari itu, PP IMDI komitmen mendorong perbaikan sumber daya manusia di desa melalui pemberdayaan masjid dan perpustakaan. Untuk mengawali realisasi gagasan ini, kami melaksanakan kegiatan Wisata Literasi Moderasi di Basseang, sebagai sampel desa binaan,” pungkas Hery.

ddi abrad 1