Lensa Jurnalistik Islami
Suf Kasman
Dosen UIN Alauddin
Salah satu keindahan dogma Islam adalah merekomendasikan pemeluknya untuk bersilaturahmi secara permanen (nonstop).
Sementara ajang silaturahmi ini, nanti populer (masyhur) usai pelaksanaan Idul Fitri.
Aku memilih menggunakan vokabulari silaturahmi ketimbang silaturahim. Sebab ajaran elok Islam telah memfill up ajang silaturahmi secara kesemestaan, guna menghilangkan kesalahan dengan saling memaafkan.
Sementara silaturahim erat kaitannya dengan hubungan darah atau kekeluargaan saja.
Silaturahmi berasal dari kata shilah yang berarti hubungan, dan rahim bermakna kerabat. Rahim sendiri berpangkal dari kata rahmah yang bernilai kasih sayang.
Jadi, silaturahmi memberi gestur dan sandi bahwa jarak boleh saja terpisah distrik: dari dekat hingga jauh, dari usia muda hingga tua, miskin atau pun kaya, namun kebersamaan tetap terjaga.
Itulah rekognisi dari digdayanya rinai silaturahmi.
Bersilaturahmi laksana kal jasadil wahid (perumpamaan umat Islam bagaikan satu tubuh yang tidak bisa dipisahkan. (Hadis)
Silaturahmi terbukti resistan & mampu memperkuat hubungan tali persaudaraan. Kendati, silaturahmi bisa dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu momen hari raya.
Malahan, kemajuan teknologi saat ini telah membuat silaturahmi lebih mudah untuk dilakukan.
Namun, silaturahmi secara konvensional masih sangat tokcer & cespleng diimplementasikan puak-puak pribumi, dibanding menggunakan kemajuan teknologi saling kirim pesan silaturahmi.
Sejak dulu, Bumiputra telah memprakarsai konkurs silaturahmi bermisikan ‘tidak boleh lagi ada pertikaian berlarut-larut, hentikan aneka permusuhan’.
Olehnya itu, mari kawan saling berjabat tangan erat, redakan kobaran api yang masih bersarang di kepala.
Ayo bersahabatlah, meski dulu bermusuhan bagai kucing vs anjing beranak sepuluh. Sejukkan amarah di tengah siraman air kedamaian.
Bagi pribumi, hanya kegiatan silaturahmi mampu memproduksi kebersamaan dan cinta yang tumbuh subur dibungkus keberkahan.
Ya, silaturahmi mampu memproduksi kesetiakawanan. Jika rasa empati mulai memudar, maka silaturahmi menjadi resolusi pintu keluarnya.
Silaturahmi hal yang wajib dilakukan, mengunjungi saudara, memberikan doa, dan saling melindungi satu sama lain.
Siapa yang mau dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah dia menyambung silaturahmi. (Hadis)
Syahdan, orang yang suka bersilaturahmi akan dimuliakan di dunia dan di akhirat. Menyambung tali silaturahmi adalah sikap terpuji atau mulia yang dicintai oleh Allah SWT.
Elok dan rancaknya tenggang rasa akan diraih apabila sesama Muslim saling menjaga silaturahmi, memberikan kepedulian kepada sesama.
Karena bagi seorang Muslim, keunggulan terbesar adalah solidnya persaudaraan Muslim.
𝟭𝟯 𝗔𝗽𝗿𝗶𝗹 𝟮𝟬𝟮𝟰