Tujuh Langkah Bahagia Dunia Akhirat

0
293

Prof. Dr. AG. H. Muh. Faried Wadjedy Lc, MA.

MUTIARA HIKMAH
ANRE GURUTTA MANGKOSO

TUJUH LANGKAH MENUJU KEBAHAGIAAN HIDUP DUNIA AKHIRAT

A. Dasar Analisis, QS al-Nahl: 97

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۝

Terjemahnya:
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

B. Analisis Kandungan QS al-Nahl: 97

Ayat tersebut memberi makna bahwa:

1. perbuatan yang dilakukan diukur berdasarkan iman, bukan pikiran dan bukan perasaan belaka.

Oleh karena pikiran dan perasaan itu relatif dan subjektif berpihak kepada orang yang punya pikiran dan yang punya perasaan.

2. seorang koruptor boleh saja menganggap perbuatannya itu baik menurut pikiran dan perasaannya. Namun, menurut iman justru sebaliknya.

3. amal saleh yang dimaksud oleh ayat di atas adalah perbuatan baik menurut ukuran iman atau agama.

4. calon-calon pemimpin ke depan mesti orang-orang yang memiliki iman dan bertindak sesuai panduan iman bukan semata-mata pikiran dan perasaan.

C. Tujuh Langkah Sukses Menuju Hidup Bahagia Dunia-Akhirat

1. Isilah hatinya dengan kebaikan sebanyak-banyaknya!

a. Isi hatilah yang menjadi panduan amal seseorang;

b. Andai seseorang betul-betul hatinya penuh dengan kebaikan, maka pasti tidak ada lagi ruang keburukan di dalamnya;

c. Semakin banyak kebaikan yang diniatkan, maka sebanyak pula kebaikan yang mungkin dilakukan;

d. Semakin banyak kebaikan yang dilakukan, maka semakin banyak pula kebaikan lain yang akan didatangkan.

Berikut pertanyaan QS al-Anfal: 70

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِمَنْ فِي أَيْدِيكُمْ مِنَ الْأَسْرَىٰ إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ۝

Terjemahnya:
Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu,

“Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hati kalian, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian yang lebih baik dari apa yang telah diambil dari kalian, dan Dia akan mengampuni kalian.”

Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

e. Nabi Muhammad Saw. yang hatinya penuh dengan kebaikan, maka tidak lagi berpeluang melakukan keburukan.

Pada hal beliau tidak pernah luput dari ujian. Diuji imannya, diuji kasih sayangnya, diuji kesabarannya, dan lain-lain.

Namun, tidak pernah berubah pikiran untuk beristirahat dari kebaikan, apatahlagi beralih pada keburukan karena beliau memang tidak punya niat buruk apatahlagi perbuatan buruk.

Jadi, bagaimana mungkin bisa memberi keburukan? Pepatah Arab mengatakan:

ْفٓاقِرُ الشَّيْئِ لاَ يُعْطِي

Artinya:
Orang yang tidak memiliki, tidak akan bisa memberi.

f. Demikian halnya, bila hati seseorang sudah penuh dengan keburukan, maka sudah sulit melakukan kebaikan.

Olehnya itu, jangan memberi ruang keburukan di dalam hati sesempit apapun dan sesedikit apapun!

g. Siapa yang ingin melakukan kebaikan, maka hendaklah ia memulai kebaikan itu dari dirinya sebelum mengajak orang lain.

2. Berikrarlah untuk menjadikan dirinya sebagai sumber kebaikan.

a. Kebaikan yang dilakukan hakikatnya terpulang kepada yang melakukannya.

QS Fussilat: 46 menyatakan:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ ,بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ ۝

Terjemahnya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri, dan sekali-kali tiadalah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya.”

b. Jangan pernah segan melakukan kebaikan sekecil apapun.

QS al-Zalzalah: 07

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ۝

Terjemahnya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya.”

c. Tahukah engkau orang yang selalu berzikir?

Manakala seseorang dalam kehidupannya selalu berpikir, berucap, dan berbuat kebaikan, maka itulah orang yang selalu berzikir.

3. Rebutlah kebaikan pada setiap kesempatan!

a. Isilah setiap kesempatan itu dengan kebaikan, jangan disia-siakan!

b. Kesempatan itu tidak selalu bisa berulang. Olehnya itu, bila sempat, maka segeralah melakukannya! Jangan ulur waktu selagi masih sempat!

Ingat pesan QS Al-Baqarah: 148:

“… فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ ..”۝

Terjemahnya:
“Berlomba-lombalah dalam melakukan kebaikan …”

4. Janganlah membedakan antara kebaikan yang kecil dengan kebaikan yang besar!

a. Jangan pilih kasih dengan hanya memilih amalan besar lalu mengabaikan amalan kecil.

Oleh karena amalan yang kecil itupun nilainya besar bila berkumpul, akhirnya jadi banyak.

Sebaliknya, amalan yang besar bila jarang dilakukan, maka nilainya juga sedikit.

b. Ada orang yang gara-gara anjing saja sehingga dia masuk surga.

Ingat kisah berikut dalam HR al-Bukhariy dan Muslim:

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ” (رواه البخاري).

Artinya:
Ketika seorang lelaki berjalan dalam suatu perjalanan. Dia merasa sangat kehausan lalu dia mendapati sebuah sumur. Dia turun ke sumur itu lalu minum dan setelah itu dia keluar.

Saat itu, tiba-tiba dia melihat seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilat debu karena sangat haus.

Orang itu berkata, “Anjing ini sangat kehausan sebagaimana yang telah aku rasakan.”

Kemudian dia turun lagi ke sumur memenuhi salah satu sepatunya dengan air lalu dia menggigitnya dengan mulutnya (sehingga bisa naik kembali), dan memberikan minum kepada anjing tersebut.

Kemudian Allâh Azza wa Jalla berterima kasih kepadanya (maksudnya Allâh menerima baik amal perbuatan orang ini) dan Allâh Azza wa Jalla mengampuni dosanya.

Para shahabat r.a. bertanya, “Wahai Rasûlullâh Saw.,  Apakah kita akan mendapatkan pahala dalam (pemeliharaan) binatang ternak?”

Rasûlullâh Saw. menjawab, “Ya, pada (pemeliharaan terhadap) setiap yang bernyawa ada pahala” (Muttafaq ‘Alaih).

c. Kebaikan yang amat tinggi nilainya tatkala seorang berbuat tanpa diketahui oleh siapa pun selain Allah, malaikat dan dirinya sendiri.

Oleh karena kebaikan seperti itu akan lebih dapat terhindar dari penyakit-penyakit riya’, sum’ah dan sejenisnya.

d. Berbuat baik tidak mesti langsung banyak yang penting terus-menerus tak mengenal putus.

Pepatah mengatakan, “Sehari sehelai benang, lama-lama jadi kain. Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit.”

5. Lakukanlah kebaikan itu kepada siapa saja!

Jangan bedakan antara keluarga dan bukan keluarga, demikian seterusnya atas dasar keimanan dan keikhlasan, mengingat:

a. persaudaraan sesama manusia (ukhuwah basyariah);

b. pembuktian Islam sebagai rahmat untuk sekalian alam (rahmatan lil-‘alamin);

c. menjadi orang yang terbaik karena gemar berbagi kebaikan dan memberi manfaat kepada sesama sebanyak-banyaknya.

Rasulullah Saw. berpesan:

عن جابر بن عبد الله، خَيْرُ النَّاسِ أنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ ” (رواه ابن حبان).

Artinya:
Dari Jabir bin Abdillah, “Sebaik-baik manusia adalah yang terbanyak manfaatnya kepada sesama manusia” (HR Ibn Hibban).

6. Lakukanlah kebaikan itu dengan sebaik mungkin.

Berikanlah yang terbaik dari yang engkau miliki dalam segala hal. Jangan kerja asal-asalan dan jangan pula kerja tidak tuntas.

Ingat pesan pesan hadits berikut!

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ … مَا الْإِحْسَانُ؟ قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ” (رواه البخاري).

Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a., … ”Apakah ihsan itu? (Tanya Jibril a.s.)

Rasulullah Saw. menjawab, ”Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu,” (HR al-Bukhariy).

 عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ” (رواه الطبرني والبيهقي).

Artinya:
Dari Aisyah r.a. telah berkata, “Rasulullah Saw telah bersabda, “sesungguhnya Allah Swt. menyenangi salah seorang di antara kalian yang ketika melakukan suatu pekerjaan dia sungguh-sungguh” (HR al-Thabraniy & al-Baehaqy).

7. Utamakan maaf dari pada dendam!

Bila seorang muslim atau mu’min dianiaya, maka sikap yang terbaik adalah memaafkan saudaranya.

Bila tidak sanggup, maka minimal dia mengatakan, “Ada Tuhan Yang Maha Adil.” Ingat pesan al-Qur’an:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ ۝

Terjemahnya:
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim” (QS Asy-Syura: 40).

وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ۝
وبالله التوفيق والدعوة والإرشاد

Mangkoso, 17 Safar 1445 H
03 Agustus 2023 M

Disimak dan dipenakan oleh H. Muh. Aydi Syam