Dr. Salahuddin Sopu
PEMBERIAN QUR’ANI
Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah sebagaimana firman Allah,
مَّثَلُ ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ أَمۡوَ ٰلَهُمۡ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِی كُلِّ سُنۢبُلَةࣲ مِّا۟ئَةُ حَبَّةࣲۗ وَٱللَّهُ یُضَـٰعِفُ لِمَن یَشَاۤءُۚ وَٱللَّهُ وَ ٰسِعٌ عَلِیمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang, “yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah ibarat sebutir benih, yang menumbuhkan tujuh bulir pada tiap-tiap bulir, seratus biji.
Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah, Maha Luas (karunianya) lagi Maha mengetahui.”
al-Bagarah: 261
Begitu juga dengan orang yang menyedekahkan hartanya karena Allah.
Maka Allah akan melipatgandakan pahalanya di akhirat dengan ditambah dari satu sampai sampai tujuh ratus, tujuh ratus ribu, bahkan sampai berjuta-juta kali lipat dan kelipatan yang tak terbatas sesuai dengan kehendak-Nya.
Allah Maha Luas untuk melipatgandakan sedekah sesuai dengan niat mereka. Lalu Allah berfirman,
ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ أَمۡوَ ٰلَهُمۡ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ ثُمَّ لَا یُتۡبِعُونَ مَاۤ أَنفَقُوا۟ مَنࣰّا وَلَاۤ أَذࣰى لَّهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡهِمۡ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah lalu tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak menyakiti perasaan (si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati,”
(al-Bagarah: 262)
Lalu Allah menjelaskan perumpamaan orang yang menyebut-nyebut pemberiannya kepada orang yang menerima sedekahnya,
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبۡطِلُوا۟ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِی یُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَاۤءَ ٱلنَّاسِ وَلَا یُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَیۡهِ تُرَابࣱ فَأَصَابَهُۥ وَابِلࣱ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدࣰاۖ لَّا یَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَیۡءࣲ مِّمَّا كَسَبُوا۟ۗ وَٱللَّهُ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ
“Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu mer jadilah ia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatu apa pun dari apa yang mereka usahakan….”
(al-Bagarah: 264)
Kemusyrikan juga akan membatalkan apa yang dinafkahkan dan disedekahkan sebagaimana menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti penerima sedekah juga dapat membatalkan sedekah orang mukmin.
Lalu Allah menjelaskan perumpamaan sedekah orang yang beriman dan ikhlas karena Allah dalam sedekahnya,
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبۡطِلُوا۟ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِی یُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَاۤءَ ٱلنَّاسِ وَلَا یُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَیۡهِ تُرَابࣱ فَأَصَابَهُۥ وَابِلࣱ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدࣰاۖ لَّا یَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَیۡءࣲ مِّمَّا كَسَبُوا۟ۗ وَٱللَّهُ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat.
Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai)….”
(al-Bagarah: 265)