Kepribadian Anre Gurutta Ambo Dalle

0
262
Tafsir Surah An-Nashr dan Al-Kafirun

AG. Prof. Dr. H. A. Syamsul Bahri AG., Lc., MA.

Kepribadian Gurutta

Di antara prinsip hidup beliau dalam perjuangannya antara lain

“ma kana lillah fahuwa muttasil wa ma kana lighairih fahuwa munfasil”

(sesuatu yang baik yang dilakukan dengan
penuh keikhlasan, karena Allah semata pasti berterusan, tetapi kalau bukan karena Allah pasti berakhir atau gagal)

AGH Abdul Rahman Ambo Dalle dikenal dekat dengan semua kalangan, baik santrinya maupun dengan masyarakat dan pemerintah.

Pengabdiannya yang penuh keikhlasan dan kepemimpinannya yang bersahaja, tulus dan adil, lekat di jiwa pencintanya.

Akan sulit menemukan figur ulama seperti beliau dalam sepak terjang perjuangannya di dalam menegakkan syiar Islam dan meletakkan dasar pondasi yang
kokoh untuk menegakkan berdirinya pendidikan Islam (pondok pesantren), yang kini memiliki jaringan cabang yang sangat luas di Nusantara hingga keluar negeri.

Kedekatannya dengan semua golongan terkadang membuat beliau mempunyai “banyak anak” sebagai anak angkat yang tidak dibedakan dengan anak kandungnya sendiri.

Seperti pengakuannya dalam sebuah media,

“Bagi saya, semua orang seperti anak sendiri, semua harus diperlakukan secara adil tidak peduli apa anak kandung atau bukan”.

Contohnya,

Jenderal Try Sutrisno (mantan Wapres) ketika menjabat sebagai Panglima ABRI datang menyerahkan diri sebagai anak.

Gurutta pun menerimanya dan menyerahkan sehelai tasbih sebagai bukti dan mengajarkan beberapa doa sekaligus mendoakan.

Sejak itu, bila Try Sutrisno ke Sulawesi Selatan, selalu meluangkan waktunya untuk bertemu dengan beliau.

Begitu juga Alamsyah Ratuprawira Negara mantan Mentrei Agama selalu mengirimkan Binatang kurbannya setiap idul adha untuk ibadah qurban bersama Anre Gurutta.

Demikian pula beberapa santri yang pernah belajar di Pesantren DDI, khususnya di Mangkoso, Parepare, dan Kaballangan, diperlakukan sama, baik santri laki-laki maupun perempuan.

Beliau selalu menaruh rasa cinta dan sayang kepada siapapun yang dianggap memiliki kemampuan belajar tanpa memandang latar belakang keluarga.

Dalam kegiatan kemasyarakatan, Gurutta sangat intens dalam memberikan perhatian dan meluangkan waktunya untuk membahas dan menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan yang ditemui ataupun yang diajukan kepadanya.

Namun, dengan segudang kesibukan yang mendera waktunya, Gurutta tak pernah melupakan tugas sehari-hari untuk mengajar di pesantren dan juga kegiatan dakwah yang diembannya hingga sampai ke pelosok-pelosok daerah.

Apalagi jika memasuki hari-hari besar Islam seperti pada peringatan maulid Nabi atau peringatan Isra’ Mi’raj, beliau jarang dijumpai di rumah karena kesibukan berdakwah untuk kepentingan syiar Islam.

Dengan Pemerintah, Gurutta senantiasa menjalin kerja sama yang sangat akrab.

Beliau mempunyai pandangan bahwa ulama dan umara keduanya merupakan dwi tunggal yang mutlak diperlukan dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun, dibalik semua kharisma dan keseriusan beliau itu, sesungguhnya Gurutta juga adalah seorang yang menyimpan jiwa seni yang cukup signifikan.

Orang-orang terdekatnya paham betul akan kemampuan Gurutta dalam melukis, dekorasi, dan menciptakan lagu-lagu yang bernafaskan Islam.

Gurutta Ambo Dalle pernah melukis potret dirinya yang nyaris sama dengan yang asli.

Sedangkan untuk lagu-lagu ciptaannya, sampai sekarang masih tersimpan sebagian di tangan santrinya.