Beberapa hari lalu terjadi penembakan di Gedung Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang mengakibatkan satu orang petugas terluka dan pelaku dinyatakan tewas di rumah sakit setelah pingsan beberapa jam.
Menurut Ketua MUI KH. Khalil Nafis bahwa pelaku sebelumnya sudah menyurat ke MUI dan menyatakan akan menyerang MUI tetapi pihak MUI tidak menanggapi ancaman tersebut dan telah melaporkan yang bersangkutan ke pihak yang berwenang.
Beberapa informasi menyebutkan bahwa pelaku berafiliasi ke NII yang masih meyakini bahwa kenabian masih terbuka sampai saat ini dan yang bersangkutan ingin diakui sebagai nabi seperti halnya dirinya yang sudah mengklaim dirinya sebagai nabi.
Fenomena pengakuan diri sebagai nabi sebenarnya sudah banyak sekali terutama di masa Nabi Muhammad SAW dan pada masa khulafaurrasyidin misalnya Aswad al-‘Ansi di Yaman yang mengaku nabi pada masa akhir-akhir kehidupan Nabi SAW.
Ia murtad dari agama Islam dan mengaku mendapat nubuwwah atau kenabian. Ia juga menjadi orang pertama yang murtad pada zaman Rasulullah SAW meskipun beberapa riwayat menyebutkan bahwa ia tidak pernah masuk Islam.
Ia sangat terkenal dengan ilmu sihirnya untuk meyakinkan masyarakatnya bahwa ia adalah seorang nabi dan hanya dalam beberapa waktu atau sekitar 4 bulan ia menguasai hampir seluruh wilayah Yaman.
Kemudian ada Thulaihah ibn Khuwailid al-Asadi yang juga mengaku sebagai nabi pada masa Khalifa Umar bin Khattab dan tewas dalam peperangan yang melibatkan ia dan kaumnya dengan pasukan Khalid bin Walid dalam perang Bazaha. Namun yang bersangkutan kembali sadar dan menjadi muslim yang baik bahkan yang bersangkutan ikut dalam beberapa penakulan bersama kaum muslimin dan wafat pada perang Nahwanda tahun 642H.
Nabi palsu yang sering kita dengar dalam ceramah-ceramah yaitu Musailamah al-Kadzdzab yang juga mengaku dirinya menerima wahyu.
Menurut riwayat bahwa ia dan kaumnya mendatangi Rasulullah SAW untuk berbaiat kepada Nabi namun setelah ia sampai di Madinah, Musaelamah justru menawarkan kepada nabi agar berkongsi dengan nabi dalam kenabian sebagaimana nabi Musa dan saudaranya Harun tetapi Rasulullah menolaknya.
Setelah ia kembali ke kaumnya ia justru mendakwahkan bahwa Muhamamd telah setuju berkongsi dengannya dalam kenabian bahkan ia pernah menyurat kepada Rasulullah dengan menyebutkan dari Musaelamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah.
Fenomena pengakuan atas nabi bukan saja terjadi di kalangan laki-laki tetapi juga terjadi di kalangan perempuan misalnya Sajah binti al-Harits at-Taghlabiyyah seorang wanita Arab Kristen yang juga mengaku sebagai nabi setelah wafatnya Rasulullah Saw.
Sajah memiliki banyak pengikut yang berasal dari sukunya sendiri dan kabilah-kabilah sekitarnya. Bersama pasukannya, ia memperluas wilayah kekuasaannya hingga tiba di al-Yamamah dan bertemu dengan Musailamah al-Kadzdzab dan menjadi istri Musaelamah Alkazzab. .
Yang paling terakhir yang pernah menggemparkan umat Islam adalah kemunculan Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiyani.
Lelaki yang berasal dari India ini juga mengaku telah menerima wahyu dari langit. Ia juga menyatakan bahwa Allah SWT sudah memberinya kabar gembira bahwa ia akan hidup selama 80 tahun.Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiyani pun memiliki pengikut.
Lalu bagaimana seharusnya menyikapi hal-hal seperti ini karena tidak menutup kemungkinan ke depan akan muncul lagi banyak orang yang mengakui dirinya sebagai nabi dan mendapat wahyu, apalagi di era sekarang dimana masyarakat cenderung mempercayai hal-hal yang aneh akibat kebisingan hidup yang dihadapi seseorang.
Umat Islam wajib mengimani tentang nabi dan rasul karena ia adalah bagian dari rukun iman dan Allah telah mengutus 25 nabi dan rasul ke bumi ini mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW.
Nabi tidak terhitung jumlahnya tetapi tidak semua nabi adalah Rasul sementara semua Rasul sudah pasti ia adalah nabi. Nabi tidak wajib menyampaikan risalah yang dibebankan kepadanya berbeda dengan rasul yang wajib menyampaikan risalah yang disampaikan kepadanya.
Dalam Islam Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib adalah nabi dan rasul yang terakhir diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini artinya tidak akan ada lagi nabi dan rasul setelah nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu kalau ada orang yang mengaku dirinya sebagai nabi itu adalah hak dia tetapi sebagai umat Islam kita tidak wajib mengimani dan mempercayainya karena Islam agama sudah menetapkan bahwa nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir.
Siapapun yang datang di kemudian hari mengakui dirinya adalah nabi atau mendapat wahyu maka itu adalah sebuah kesesatan dan kebohongan.
Allah tidak mengutus begitu saja nabi dan rasul, kapan dan dimana ia harus mengutus, tetapi Allah mengutus nabi dan rasul dengan pengetahuannya sendiri dan memberikan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seseorang yang diangkat menjadi nabi.
Salah satu kriteria nabi dan rasul adalah Siddiq artinya jujur tidak pernah berbohong dan harus terpercaya atau amanah.
Kemudian harus fatanah artinya pintar dan yang terakhir tabligh artinya harus menyampaikan risalah yang diamanahkan kepadanya.
Selain itu, posisi nabi bukanlah sembarang posisi tetapi Allah sudah mempersiapkan siapa yang akan diangkat menjadi nabi dengan melindunginya dari berbagai sifat-sifat yang tidak baik serta memberikan keistimewanan-keistimewan dibanding dengan yang lain sebagaimana ia memberikan pengetahuan kepada nabi Khidir.