Penyucian Diri dari Dosa

0
250

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري: ٢.١٤).

Artinya:

“Barang siapa yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR al-Bukhari: 2014).

—-🔥

 

Penjelasan

1) Dosa terjadi pada dua arah, yakni manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan manusia. Hadis di atas dimaksudkan untuk jenis dosa yamg pertama selagi tidak syirik karena kalau syirik, maka puasa itu yang akan diruntuhkan. Adapun jenis dosa yang kedua, itu boleh diampunkan bila mereka saling memaafkan.

 

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله ﷺ: “الظُّلْمُ ثَلاثَةٌ، فَظُلْمٌ لا يَغْفِرُهُ الله، وَظُلْمٌ يَغْفِرُهُ، وَظُلْمٌ لا يَتْرُكُهُ. فَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لا يَغْفِرُهُ الله فَالشِّرْكُ، قَالَ الله: إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ، وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي يَغْفِرُهُ فَظُلْمُ العِباَدِ أَنْفُسَهُمْ فِيمَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ رَبِّهِمْ، وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لا يَتْرُكُهُ الله فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا حَتَّى يُدَبِّرُ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ” (رواه أبو نعيم).

 

Artinya:

Dari Anas bin Malik r.a., telah berkata, Rasulullah Saw. telah bersabda, “kezhaliman itu ada tiga, yaitu kezhaliman yang Allah tidak akan mengampuninya, kezhaliman yang Allah akan mengampuninya, dan kezhaliman yang Allah tidak akan membiarkannya. Adapun kezhaliman yang Allah tidak akan mengampuninya adalah kesyirikan. Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya kesyirikan adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” Adapun kezhaliman yang Allah akan mengampuninya adalah kezhaliman para hamba terhadap diri-diri mereka sendiri dalam hal antara mereka dengan Tuhan mereka. Adapun kezhaliman yang Allah tidak akan membiarkannya adalah kezhaliman para hamba, sebagian mereka terhadap sebagian yang lain, hingga Allah mengurus untuk sebagian mereka terhadap sebagian yang lain” (HR Abu Nu’aim).

 

عن أبي بكرٍ …، يقولُ النبي ﷺ: “… وسَلُوا اللَّهَ الْمُعاَفاةَ فإنَّهُ لم يُؤْتَ أحدٌ بعد اليقينِ خيرًا من المعافاةِ ” (رواه ابن ماجه : ٣١٨٨).

Artinya:

Dari Abu Bakar …, Nabi Saw. bersabda, “mintalah kesehatan karena tiadalah seseorang diberi kebaikan setelah keyakinan (iman) melebihi kesehatan” (HR Ibn Majah: 3188).

 

Pepata orang Cina mengatakan, “kesehatan adalah mahkota yg diletakkan di atas kepala, namun yang melihatnya adalah orang yang sakit”.

Kesehatan bukanlah segala-galanya tapi tanpa kesehatan, maka segala-galanya tidak ada artinya.

 

2) Idul Fitri, salah satu maknanya adalah pesta makan atau hari raya berbuka karena mengakhiri puasa. Idul-fitri adalah hari bahagia setelah berhasil membawa kemenangan dari jihad melawan nafsu, syahwat, lapar dan dahaga selama siang hari Ramadan.

Idul Fitri adalah Hari raya wisuda, wisuda untuk menerima sertifikat kebebasan dari api neraka melalui tangan-tangan saudara kita tatkala bersilaturrahim, berjabatan tangan sebagai simbol kerekatan persaudaraan dan kedekatan perasaan, tidak boleh ada dendam di antara kita, semua silang sengketa mesti diakhiri, maka itulah makna lain dari Idul-Fitri.

 

Memberi maaf adalah hak setiap orang yang dimintai maaf. Boleh saja dia tidak memaafkan andai kata memang itu berat, tapi tidak boleh sampai memutuskan silaturrahim lebih dari batas tiga hari. Berikut pernyataan tegas dalam hadis:

 

وعن أَبي أيوبَ – رضي الله عنه: أنَّ رسول الله ﷺ – قَالَ: «لا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ …” (متفق عَلَيْهِ: ١٥٩٣).

Artinya:

Dari Aby Ayyub r.a., bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, “tidak halal bagi seorang muslim membelakangi (saudaranya) lebih dari tiga malam, …” (HR Muttafaq ‘alayh: 1593).

 

Pada hadis berikut ini ditemukan perlakuan lain yang diperuntukkan bagi hamba yang putus silaturrahimnya.

 

عن أبي هريرة قال قال رسول الله ﷺ: تُفتَحُ أبوابُ الجنَّةِ يومَ الاثنينِ و الخميسِ فيغفرُ اللهُ عزَّ وجلَّ لِكلِّ عبدٍ لا يُشرِكُ باللهِ شيئًا، إلَّا رجلًا كانَ بينَه وبينَ أخيهِ شحناء، فيقول: أنظروا هذينِ حتَّى يصطلحا، أنظِروا هذينِ حتَّى يصطلِحا ،أنظِروا هذينِ حتَّى يصطلِحا” (أخرجه مسلم: ٢٥٦٥).

Artinya:

Dari Abu Hurairah telah berkata, “Rasulullah Saw. telah bersabda, “Pintu-pintu surga terbuka pada hari Senin dan Kamis, maka Allah ‘Azza Wajalla memberi ampunan bagi setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali seseorang yang memiliki permusuhan dengan saudara muslimnya, maka Allah menyeru (para malaikat), “tangguhkanlah (ampunan) untuk dua orang ini hingga keduanya berdamai, tangguhkanlah (ampunan) untuk dua orang ini hingga keduanya berdamai, tangguhkanlah (ampunan) untuk dua orang ini hingga keduanya berdamai!” (HR Muslim: 2565).

 

3) Upayakanlah dirimu menjadi sumber kebaikan. Andai kata tidak, maka hendaklah mencegah dirimu dari melakukan keburukan.

Rasul Saw. pembawa rahmat, maka umatnya harus memosisikan diri sebagai penebar rahmat.

Salat diakhiri dengan salam, maka itu tanda bahwa umat Rasul Saw. diajarkan kepadanya menjadi penebar rahmat karena salam itu adalah keselamatan dan keberkahan sementara itu semua bentuk kasih sayang dari-Nya.

 

4) Berkat silaturrahim, maka Allah Swt. melonggarkan reski, memanjangkan usia, dan menghindarkan dari su’ul-khatimah (penghujung usia yang tidak baik). Berikut hadis-hadis yang berbicara tentang itu:

 

عَنْ أَنَس بْنُ مَالِكٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ” (رواه البخاري: ٥٥٢٧ ).

Artinya:

Dari Anas ibn Malik, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda, “barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinnya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah dia menyambung tali silaturrahimnya” (HR al-Bukhary: 5527).

 

عن علي بن أبي طالب: مَنْ سَرَّهُ أن يُمَدَّ لَهُ في عُمْرِهِ ويُوَسَّعَ لَهُ فيْ رِزْقِهِ ويُدْفَعَ عَنْهُ مِيْتَةُ السُّوءِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ وَلْيَصِِلْ رَحِمَهُ” (رواه الطبراني: ٣.١٤).

Artinya:

Dari Ali bin Aby Talib, “barang siapa yang senang dipanjangkan usianya, dilapangkan reskinya, dihindarkan dari kematian yang tidak baik (penghujung usia yang buruk), maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturrahimnya” (HR al-Thabraniy: 3014).

 

5) Upayakan memenuhi hati dengan kebaikan. Siapa saja yang penuh hatinya dengan kebaikan, maka dia tidak lagi punya peluang untuk berbuat jahat. Jangan segan berbuat kebaikan selagi kesempatan masih ada karena kebaikan selalu ada tapi kesempatan yang tidak selalu ada.

 

عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ الْحَالِقَةُ” (رواه أبو داود).

 

Artinya:

Dari Ummi Darda’, dari Aby Darda’ telah berkata, Rasulullah Saw. telah bersabda, “maukah jika aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih utama dari derajat puasa, shalat dan sedekah?” Para sahabat berkata, “Tentu ya Rasulullah.” Rasulullah Saw. bersabda, “mendamaikan orang yang sedang berselisih. Adapun rusaknya orang yang berselisih adalah pencukur (mencukur amal kebaikan yang telah dikerjakan)” (HR Abu Dawud).

 

6) Menghindarkan diri dari benih keretakan adalah modal untuk mempertahankan keutuhan. Berikut salah satu ungkapan yang menggambarkan sikap seorang sufi dalam menghadapi gosip sebagai pemicu keretakan:

 

“وَإذَا قِيْلَ عَنْكَ كَذَا وَكَذَا وَلَمْ تَكُنْ كَذَلِكَ فَلاَ تَغْضَبْ فَإنَّكَ لَمْ تَكُنْ كَذَلِكَ، وَإذَا قِيْلَ عَنْكَ كَذاَ وَكَذَا وَقَدْ كُنْتَ كَذَلِكَ فَلاَ تَغْضَبْ لِأنَّكَ قَدْ كُنْتَ كَذَلك”

Artinya:

Bila engkau dicerita begini dan begitu, pada hal engkau tidak begitu, maka janganlah engkau marah, karena sesungguhnya engkau tidak demikian. Bila engkau dicerita begini dan begitu, pada hal engkau memang seperti itu, maka janganlah marah, karena memang sesungguhnya engkau demikian adanya.

 

Dengan demikian, maka marah adalah sikap yang hampir tidak punya tempat yang tepat kecuali bila marah itu dapat menyelesaikan masalah, mendatangkan maslah, dan menghindarkan mafsadah.

 

وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ۝

بِاللَّهِ التَّوْفِيْقُ وَالدَّعْوَةُ وَاْلإرْشَادُ