AG. H. Amberi Said (Bagian Keempat)

0
297

Aktivitasnya dalam organisasi DDI kian meningkat ketika dalam muktamar ke-2 DDI tahun 1950, ia terpilih sebagai anggota Pengurus Besar DDI.

Pada Kongres Alim Ulama Indonesia di Medan pada tahun 1953, ia bersama-sama dengan AG.H.M.Abduh Pabbajah, AG.H.M.Ali Al-Yafie, dan AG.H.Abd. Rahman Bone diutus mewakili DDI dalam Kongres tersebut.

Di luar organisasi DDI, ia adalah aktivis PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) dan pernah diutus menghadiri Majlis Tahkim PSII ke-30 yang diadakan pada bulan April 1955 di Solo.

Selain itu, ia aktif membantu pemerintah menyelenggarakan Pemilu pertama tahun 1955.

Gurutta Amberi Said diangkat menjadi panitia Pemilu dan bertugas di Lapasu dibawah guyuran tembakan pasukan DI/TII dari Bulu Dua yang tidak menghendaki Pemilu dilaksanakan.

Namun, semua aktivitas itu tidak sedikitpun membuatnya lalai dari tugas-tugasnya mengurusi santri.

Ia menyadari, dunianya adalah mengajar dan mendidik santri-santrinya.

Karena itu, kalau ada kegiatan yang bertepatan dengan jadwalnya mengajar, ia lebih memilih untuk masuk kelas mengajar santri-santrinya.

Meskipun seorang ulama, ia seringkali menolak undangan dari masyarakat yang memintanya menyampaikan ceramah di luar daerah.

Saat daerah Sulawesi-Selatan mengalami pergolakan akibat pemberontakan DI/TII antara tahun 1950 1965, banyak ulama yang menggabungkan diri atau dipaksa bergabung (diculik) ke dalam kelompok pemberontak itu karena gerakan itu mengklaim ingin mendirikan negara Islam di Indonesia.

Gurutta Amberi Said pun tidak luput dari sasaran penculikan karena para pemberontak itu gagal mengajak Gurutta untuk masuk hutan bergabung dengan mereka.

Pasukan yang ditugasi untuk menculik itu seringkali menghadang Gurutta dalam perjalanan dari Lapasu ke Mangkoso.

Namun, terjadi keajaiban karena Gurutta tetap lewat di tempat itu tanpa terlihat oleh mereka yang sudah lama menunggu.

Bahkan, tidak jarang Gurutta mendatangi markas mereka di pegunungan dan bertemu langsung dengan komandan pasukan pemberontak itu.

Tetapi, berkat pertolongan Allah SWT, semua upaya mereka tidak ada yang berhasil.

Saya sering diajak oleh Gurutta untuk menemui pasukan DI/TII itu. Dan saya sering melihat keajaiban, misalnya seringkali komandan pasukan itu tidak bisa berbicara saat berhadapan dengan Gurutta.

Mungkin itu karena karamahnya Gurutta. Waktu saya tanya, apa yang dipakai Gurutta sehingga orang takut sama Gurutta.

Gurutta bilang sama saya, kalau kamu takut kepada Allah maka Allah akan membuat segala sesuatu takut kepada kamu, kisah Drs.H.M.Subaik Saleh, salah seorang santri Mangkoso tahun 60-an yang semasa hidup menetap di Makassar.

Dikutip dari tulisan Ahmad Rasyid Amberi Said.

ddi abrad 1