AG. H. Ambo Dalle Hidup Sederhana

0
317

Hidup sederhana dan rendah diri adalah potret hidup yang dilakoni oleh hampir semua ulama besar mulai dari makan minum dan berpakaian termasuk dalam bersikap dan bertindak dan menyikapi setiap masalah yang dihadapi.

Pola ini hidup ulama-ulama besar ini tentu tidak terlepas dari contoh-contoh hidup yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. pada keluarga dan sahabat-sahabatnya baik dalam perilaku, ucapan dan tindakan yang kemudian disabdakan.

Rasulullah adalah uswatun hasanah bagi umatnya, teladan yang baik bagi umatnya dan teladan ini tercermin pada ulama-ulama besar yang kharismatik termasuk pada diri gurutta Ambo Dalle.

Karena itu Rasulullah menegaskan bahwa Ulama itu adalah pewaris para nabi.

Kepadanyalah kita harus selalu berkaca dan meminta wejangan secara langsung setelah nabi sudah tidak ada lagi.

Sebagai salah seorang santri yang pernah menjadi pattetteng (penyerta) Gurutta Ambo Dalle sejak tahun 1980 sampai diminta ke Mesir pada tahun 1988 mulai menyediakan sarapan pagi, mencuci pakaian, membersihkan wc, setiap saat sebelum masuk kamar mandi, menyediakan sajadahnya, mengamankan barang-barang berharganya dan memapah setiap kali ingin keluar rumah dan kunjungan kemana-mana, sudah barang tentu banyak menyaksikan pola hidup yang dilakoni oleh Gurutta dalam berbagai aspek kehidupan sehari-harinya.

Salah satu sikap yang paling menonjol pada Gurutta adalah sikap pemaafnya terhadap apapun yg dilakukan anak-anak muridnya pasti selalu dimaafkan meskipun harus kena sanksi lebih dahulu misalnya mengabaikan dan tidak mengikutkan dalam perjalanannya ke daerah-daerah.

Tetapi setelah itu Gurutta kembali mengajaknya dan melibatkan dalam tugas-tugasnya, Gurutta sangat membenci kalau seorang guru memukul atau menyakiti santrinya apalagi menghinanya.

Suatu ketika seorang guru memukul dan mencambuk santrinya, Gurutta marah sekali dan mengingatkan bahwa ia adalah anak-anak yg harus dilindungi jiwa dan raganya.

Bagi gurutta semua santri sama di hadapan matanya, bahkan kecintaan terhadap santrinya melebihi kecintaan terhadap anak dan sanak keluarganya.

Karena itu, tidak mengherankan kalau anak kandungnya justru sering diabaikan dan mengedepankan anak anak santrinya (red. putra gurutta HM Rasyid Ridha AD).

Rasa cinta ini terhadap santri yang mungkin tidak dimiliki oleh setiap orang saat ini.

Begitu juga dengan pola makan Gurutta Ambo dalle sungguh sesuatu yang sangat menarik untuk diikuti guna menjaga keseimbangan tubuh kita.

Gurutta mengajarkan kita agar selalu makan berjamaah dan tidak berlebihan dalam hal makanan.

Ketika makan Gurutta hanya menggunakan dua jari dan itupun sangat dibatasi.

Bayangkan kalau kami menyediakan nasu kaledde setiap pagi yang dicampur dengan abon dan kecap, hanya satu piring, tetapi kita bisa sampai 6 orang yang menikmatinya dan itu sangat cukup menahan lapar sampai waktunya makan siang.

Mungkin itu jugalah di umurnya yang sudah renta masih menikmati makanan yang dihidangkan.

Hal lain menarik yang patut kita teladani sebagai santri-santri Gurutta Ambo Dalle adalah kerendahan hatinya.

Gurutta tidak pernah memilah-milah siapapun yang datang kepadanya meminta nasehat atau mengundangnya ke acaranya, semua dilayani dengan tulus tanpa memandang siapa yang mengundangnya dan dari mana asalnya.

Karena itu Gurutta hampir telah mendatangi seluruh pelosok di Sulawesi dan Kalimantan hanya untuk memenuhi undangan.

Gurutta tidak pernah mengeluh dan tidak pernah merasa lelah memenuhi undangan masyarakat dan pemerintah.

Ini hanya sepenggal kesaksian selama bersama Gurutta dan semoga ini menjadi motivasi bagi kita semua dalam merawat DDI ke depan.