Anre Gurutta H. Abduh Pabbajah

0
734
Pandangan keagamaan dan kebangsaan DDI

AG. Prof. Dr. H. A. Syamsul Bahri AG. Lc., MA.

AGH Abduh Pabbajah (1918-2009)

AGH Muhammad Abduh Pabbajah (Gurutta Pabbajah) dilahirkan pada 26 Oktober 1918 di Allakuang Sidenreng Rappang.

Ia merupakan putra ke sembilan dari seorang ayah yang bernama Pangulu Pabbajah dan ibu yang bernama Puang Latifah.

Semasa kecil, Abduh Pabbajah tumbuh di
lingkungan keluarga religius dan kental akan pendidikan dasar agama Islam.

AGH Abduh Pabbajah memulai belajar Al-Quran dengan orang tuanya kemudian masuk di Sekolah Rakyat di kampungnya.

Namun ayahnya menginginkan beliau pindah sekolah Agama dan melanjutkan studinya di Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Singkang Wajo, dibawah asuhan AGH Muhammad As’ad Bugis (Puang Aji Sade).

Setelah belajar beberapa tahun, karena kecerdasannya beliau diangkat oleh
Gurutta Puang Aji Sade sebagai pembantu mengajar.

Di MAI inilah beliau berguru kepada AGH Puang Aji Sade dan ulama besar lainya seperti Syaikh Abdullah Dahlan, Syaikh Afifi, Syaikh Hasan Yamani, Syaikh Jawwad dan termasuk salah seorang santri yang dibimbing oleh AGH Ambo Dalle sebagai
seniornya di MAI Singkang.

Gurutta Pabbajah pernah bercerita tentang aktivitas pendidikannya di MAI bersama gurunya.

Beliau telah berlangganan dengan majalah al-Azhar Cairo, al-Urwatul Wusqa’, dan beliau sangat tertarik dengan pemikiran Islam yang ditulis oleh wartawan tersohor ketika itu Syakib Orshilan yang pernah
menulis buku sebagai jawaban pertanyaan seorang ulama Sambas yang berjudul “Limaza Takhkharal Muslimun Wataqaddama ghairuhum”.

Setelah menikmati pendidikan di MAI Singkang hingga tamat, AGH Abduh
Pabbajah kembali ke kampung halamannya di Allakuang untuk mengabdikan diri di masyarakat.

AGH Abduh Pabbajah mulai merintis pendirian madrasah di Allakuang di samping aktif memberi pengajian dan dakwah dikampung.

Beliau akhirnya dipercaya menjadi kepala Distrik (pangulu) Allakuang, kemudian diberi amanah juga untuk menjadi Qadi Allakuang mulai pada tahun 1949.

Walaupun sebelumnya sering juga ke MAI Mangkoso AGH Ambo Dalle. Beliau hadir di Soppeng ketika ulama dan Qadi Sulawesi melaksanakan Maulid Akbar sekaligus menganti nama MAI Mangkoso menjadi Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI).

Pada tahun 1952, AGH Abduh Pabbajah pindah ke Parepare. Keberadaanya di Parepare atas panggilan oleh AGH Ambo Dalle untuk membantu beliau di Perguruan Darud Da’wah wa al-Irsyad (DDI) Parepare yang sedang berkembang dengan pesatnya.

Di samping membantu di bidang pendidikan juga ikut serta mengurus di bidang organisasi DDI dan diserahi tugas sebagai sekretaris umum PB DDI yang berpusat di Parepare.

Pada saat AGH Ambo Dalle diculik masuk hutan oleh anggota Kahar Muzakkar, AGH Abduh Pabbajah bersama tokoh DDI yang lain seperti AGH Haruna Rasyid, AGH Ali Yafi, AGH Akib Siangka, AGH Abu Bakar Zainal mengadakan musyawarah membicarakan penanganan DDI setelah AGH Ambo Dalle di culik oleh gerombolan DI/TII.

Mereka memutuskan AGH Pabbajah dan AGH Ali Yafi bertanggung jawab dalam bidang organisasi DDI dan AGH Haruna Rasyid bersama yang lainnya bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan perguruan DDI di Parepare.

AGH Abduh Pabbajah juga sempat menjadi salah satu deklarator Badan Aksi Rakyat Perjuangan Semesta (Bara Permesta), anggota dan pengurus Partai Serikat Islam (PSI), serta terakhir menjadi pengurus di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai bagian aktivitas belau dalam bidang politik.

Tidak hanya itu, dinyatakan juga pada masa penjajahan lagi AGH Abduh Pabbajah juga ikut serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Wujud perjuangan tersebut dapat dilihat dari keaktifannya dalam kegiatan organisasi Pemuda Republik Indonesia (PRI).

Selain itu, pada masa awal perjuangan kemerdekaan, AGH Abduh Pabbajah dikenal sebagai orang pertama yang mengibarkan bendera merah putih di Allakuang.

AGH Abduh Pabbajah mulai fokus mengabdikan diri dalam dunia pendidikan Tinggi.

Wujud pengabdian tersebut ditunjukkan dengan diangkatnya beliau sebagai dosen di Universitas Muslim Indonesia UMI, serta menjadi Dekan di Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar cabang Parepare (sekarang menjadi IAIN Parepare).

Jabatan lain dalam dunia pendidikan yang AGH Abduh Pabbajah duduki adalah sebagai sekretaris Ma’had ‘Ali Lidirasat Islamiyah (yang dibangun 4 pesantren besar Sul-Sel), dan anggota lembaga pentashih Al-Qur’an di Jakarta.

Beliau juga aktif membantu AGH Ambo Dalle di Pesantren dan Universitas Islam DDI.

AGH Abduh Pabbajah mendirikan madrasah/pesantren Al-Furqan di rumahnya Jalan Sekolah.

Karena antusias masyarakat sangat tinggi, maka pada tahun 1977, pesantren tersebut dipindahkan ke serambi Masjid Raya Parepare supaya dapat menampung lebih banyak santri.

Namun, ketika terjadi pemugaran masjid Raya, pesantren tersebut dipindah di sebuah gedung DDI di Ujung Baru Parepare.

AGH Abduh Pabbajah juga membuka pengajian di Masjid Raya Parepare untuk santri DDI dan masyarakat Parepare.

Pengajian tersebut dilaksanakan secara rutin sebanyak tiga kali dalam seminggu yaitu pengajian tafsir pada malam senin dan kamis, kemudian pada malam sabtunya ia mengkaji kitab hadis Bulughul Maram.

Kegiatan pengajian di Masjid Raya Parepare tersebut terus dilakukan hingga ia wafat pada 20 Agustus 2009.

Pada saat itu usianya telah mencapai 90 tahun. Ia dimakamkan di pemakaman Desa Allakuang, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap.

Karya Tulis Warisan Gurutta

AGH Abduh Pabbajah termasuk ulama Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah yang aktif mengabadikan ilmu dan pemikirannya dalam bentuk tulisan, baik melalui majalah, buletin, ataupun dalam bentuk buku, sehingga bisa dikatakan ia merupakan ulama DDI yang cukup produktif.

Oleh karena itu, tidak heran ditemukan berbagai karya tulisan dari ragam bidang ilmu agama (keislaman) yang telah dihasilkan.

Beberapa judul karya tulisan tersebut antara lain adalah:

1) Tafsir Surah al-Waqi’ah

2) Mabadi’ ‘Ilm Ushul al-Tafsir

3) al-Ma’tsurat

4) al-Shalat Nurun

5) al-Mau’izhah al-Hasanah

6) Adab al-Fatah

7) Mir’ah al-Nasyi’in

8) al-Nasyidah (Aghniyah)

9) al-Adzkar ‘inda al-’Asyiyyi wa al-Ibkar

10) al-Risalah al-As’adiyah fi Qism al-Syabab

Selain karya dalam bentuk tulisan, terdapat juga file mp3 yang berisi pengajian tafsir Al-Qur’an lengkap dari juz 1 hingga juz 30, yang disampaikan oleh AGH Abduh Pabbajah dalam bahasa Bugis.

Merupakan hasil pengajiannya bertahun-tahun sejak dimulai pada tahun 70-an lagi.