Prof. Dr. AG. H. Muh. Faried Wadjedy, Lc. MA.
Barazanji adalah salah satu karya tulis ilmiah tentang sejarah hidup Rasulullah Saw. yang disusun dalam bentuk sastra oleh salah seorang ulama besar yang pernah menjadi muftiy di Mekah, yaitu Syekh Sayyid Ja’far al-Barzanjiy.
Kitab “Barazanji”, judul aslinya adalah ” ‘Iqdul-Jauhar fiy Maulidin-Nabiyyil-Azhar”.
Kemudian lebih dikenal dengan nama kampung penulisnya, yaitu Barzanj yang terletak di Irak.
Selaku karya tulis ilmiah yang disusun oleh manusia, maka Barazanji juga pasti tidak luput dari kekurangan-kekurangan yang amat tidak bisa dibandingkan dengan kesempurnaan al-Qur’an.
Imam al-Asfahaniy pernah berkata, “tiadalah seseorang yang menulis kecuali besoknya ia berkata bahwa andai kata saya tambahkan ini, maka akan lebih sempurna dan andai kata aku kurangi ini, maka akan lebih baik.
Demikianlah halnya Barazanji sehingga karya ini juga tidak tertutup rapat untuk dikoreksi.
Syekh Mahmud Syaltut pernah berkata, “generasi awal Islam tidak pernah mempersoalkan maulid karena mereka masih dekat dari segi waktu dan tempat jaraknya dengan Nabi Saw.
Sementara kaum Muslimin hari ini yang tersebar di berbagai belahan dunia sudah amat jauh dari segi waktu dan tempat jaraknya dengan nabi Saw. sehingga mesti ada upaya untuk mendekatkan mereka kepada nabinya.”
Barzanji adalah satu di antara upaya untuk mendekatkan umat ini kepada Nabi mereka.
Bila maulid, baranzanji dan sejenisnya diletakkan pada posisi tradisi, maka terlepaslah dari tuduhan “bid’ah” karena bid’ah hanya ada pada wilayah ibadah mahdha dan akidah.
Dengan demikian, bukan baca Barazanji yang keliru, yang keliru adalah posisi Barazanji itu diletakkan.
Bila diletakkan pada wilayah tradisi, maka kelirulah kelompok yang menuding Barazanji itu “bid’ah”.
Oleh karena “bid’ah” tidak dijumpai pada wilayah tradisi (adat).
Di antara kewajiban umat terhadap nabinya adalah mencintainya lebih dari cintanya terhadap semua manusia termasuk dirinya sendiri sebagaimana pengakuan Umar bin al-Khattab r.a. berikut:
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ وَهْوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ ” لاَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ ”. فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الآنَ وَاللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ ” الآنَ يَا عُمَرُ “(رواه البخاري: 6632).
Artinya:
“Kami pernah bersama Rasulullah ﷺ dan beliau ﷺ memegang tangan Umar bin Khattab.
Lalu Umar berkata, “Ya Rasulallah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.”
Kemudian Rasulullah ﷺ berkata, “tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, (imanmu belum sempurna) hingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.”
Kemudian Umar berkata, “Sekarang, demi Allah, engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri.”
Kemudian Rasulullah ﷺ berkata, “sekarang wahai Umar (imanmu baru sempurna)” (HR al-Bukhary: 6632).
Bagaimana mungkin seseorang bisa mencintai seseorang yang lain bila tidak dikenali dengan baik?
…”لا تدري فلا تحب ،
“Tak kenal, maka tak sayang,
Tak sayang, maka tak cinta.”
Barazanji adalah satu di antara sarana untuk mencapai tujuan luhur tersebut.
Itulah sehingga sebaiknya dibacakan artinya supaya orang yang tidak paham bisa juga merekam pesan-pesan moral yang tersurat di dalamnya, minimal 1 pasal yang diterjemah setiap sesi pembacaan.
Syekh Sayyid Ja’far al-Barzanjiy dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Zulhijjah tahun 1126 H di Madinah Al-Munawwarah dan wafat pada hari Selasa, ba’da Asar, 4 Sya’ban tahun 1177 H di Kota Madinah dan dimaqamkan di Jannatul Baqi`sebelah bawah dari maqam kalangan anak-anak perempuan Nabi Saw.
Syekh Sayyid Ja’far al-Barzanjiy adalah seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad Saw. dari keluarga Sa’adah al-Barzanjiy yang tersohor, berasal dari Barzanj di Irak.
Kakek leluhur beliau pada umumnya ulama terkemuka karena ilmu, amal, keutamaan akhlak dan kesalihannya.
Beliau mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, pemaaf, zuhud, teguh pada al-Qur’an dan al-Sunnah, wara’, ahli zikir, selalu menjadi teladan dalam sejumlah kebaikan dan kebajikan.
Nasab beliau tersambung kepada Nabi Muhammad Saw. melalui jalur Sayyid Husain.
Berikut silsilah leluhur beliau Sayyid Ja’far ibn Hasan ibn Abd al-Karim ibn Muhammad ibn Sayyid Rasul ibn Abd al-Sayyid ibn Abd al-Rasul ibn Qalandar ibn Abd al-Syyid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abd al-Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abd al-Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn al-Imam Musa al-Kazim ibn al-Imam Ja’far al-Sadiq ibn al-Imam Muhammad al-Baqir ibn al-Imam Zainal Abidin ibn al-Imam Husain ibn Sayyidina Ali bin Abi Talib r.a. dan Sayidatina Fatimah binti Rasulillah Saw.
Disimak dan dipenakan oleh Ust. H. Muh. Aydi Syam.